Penentuan Jumlah Komponen Darah dan Kadar Hb

terimakasih kawan sudah mampir di blog saya ,semoga ilmu yang di dapatkan menjadi bermanfaat untuk lebih lengkapnya dapat mendownload laporan full versi  disini


LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI HEWAN


PENENTUAN JUMLAH KOMPONEN DARAH DAN KADAR Hb

Oleh :
Viol Dhea Kharisma
135090107111007












LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014






















PENENTUAN JUMLAH KOMPONEN DARAH DAN KADAR Hb

Viol Dhea Kharisma
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 
Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut yaitu mengambil oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menyebarkan panas ke seluruh tubuh, pentingnya dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui komponen penyusun darah dan penentuan kadar Hb dalam darah. Praktikum ini bertujuan untuk agar mahasiswa mampu  mengetahui komponen darah dan faktor yang berpengaruh terhadap darah. Manfaat dilakukannya praktikum ini yaitu mahasiswa biologi dapat mengetahui komponen darah dan faktor yang mempengaruhi darah serta manfaat lain yaitu untuk menganalisis banyak tidak  kadar Hb dalam darah untuk mendiagnosis adanya penyakit anemia. Berdasarkan dari hasil praktikum atau pengamatan yang telah dilakukan bahwa daun sambiloto dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah leukosit atau berfungsi sebagai immuno stimulator yaitu meningkatkan jumlah sel leukosit, peningkatan tersebut dapat diamati pada jumlah yang di hitung pada hemositometer, leukosit yang mengalami peningkatan yang besar adalah pada dosis 2 dibandingkan kontrol dan dosis 1 karena semakin banyak ekstrak daun sambiloto yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah leukosit yang didapatkan

Kata kunci : Darah, Eritrosit, Hb, Hemositometer, Komponen Darah, Leukosit


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
       Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut yaitu mengambil oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menyebarkan panas ke seluruh tubuh (Guinan, 2006).
       Pada tubuh orang dewasa sehat terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau empat sampai lima liter. Bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah banyak dan waktu singkat akibat perdarahan, pembedahan ataupun komplikasi dari melahirkan, yang paling mendesak adalah mengganti cairan yang hilang dengan segera. Transfusi sel darah merah dapat menjadi penting karena akan mengembalikan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah (Seeley,2007).
     Berdasarakan dari hal yang telah dijelaskan diatas bahwa pentingnya dilakukan praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui komponen darah dan faktor yang berpengaruh terhadap darah.

1.2. Rumusan Masalah
       Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah :
Apa saja komponen penyusun darah pada tubuh hewan ?
Faktor apa yang berpengaruh terhadap darah ?

1.3. Tujuan
      Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu  mengetahui komponen darah dan faktor yang berpengaruh terhadap darah.

1.4. Manfaat
      Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah mahasiswa biologi dapat mengetahui komponen darah dan faktor yang mempengaruhi darah serta manfaat lain yaitu untuk menganalisis banyak tidak  kadar Hb dalam darah untuk mendiagnosis adanya penyakit anemia.


BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Macam-macam Komponen Darah
    Plasma darah terdiri dari air yang didalamnya terlarut berbagai macam zat, baik zat organik maupun zat anorganik dan zat yang berguna maupun zat sisa yang tidak berguna sehingga jumlahnya lebih kurang 7-10%. Zat yang terlarut dalam plasma darah dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :zat makanan dan mineral, seperti glukosa, asam amino, asam lemak, kolesterol, serta garam-garam mineral, zat-zat yang diproduksi sel, seperti enzim, hormon, dan antibodi, protein darah, yang tersusun atas beberapa asam amino, yaitu: albumin, yang sangat penting untuk menjaga tekanan osmotik darah fibrinogen, sangat penting untuk proses pembekuan darah globulin, untuk membentuk gemaglobulin, yaitu komponen zat kebal yang sangat penting, zat-zat metabolisme, seperti urea, asam urat, dan zat-zat sisa lainnya, gas-gas pernapasan yang larut dalam plasma, seperti O2, CO2, dan N2. Plasma ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%), 7% protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi ( imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym, polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit, hormon dan vitamin-vitamin. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang sisanya 1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit (Khaw, 2004).
    Berikut merupakan karakteristik dari darah warna , darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah Vena berwarna merah tua / gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah arteri. Viskositas darah atau kekentalan darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066, pH darah bersifat alkaline dengan pHδ 7.35 sampai 7.45. Volume : pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB atau sekitar 4 sampai 5 liter darah (Levi, 2005).
        Leukosit dalam darah atau sel darah putih berperan sebagai sistem imunitas tubuh. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit yaitu sel darah putih yang didalamnya terdapat granula. Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1 sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula. Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan hemostasis ( menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah dalam keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari. Sel darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7.5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah diffusi oksigen, karbon dioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari. Setiap harinya ada 1/120 x 5x5.1012 Eritrosit yang mati. Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin, terdiri Hem merupakan gabungan dari protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta dan enzim-enzim seperti Glucose 6-phosphate dehydrogenase(G6PD). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen ( menjadi oksihemoglobin ) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme (Seeley, 2007).

2.2. Cara Penentuan Kadar Hb Darah (Metode Sahli)
       Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar. Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1N sampai angka 2, dengan pipet Hb, hisap darah sampai angka 20 mm, jangan sampai ada gelembung udara yang ikut terhisap. Hapus darah yang ada pada ujung pipet dengan tissue, tuangkan darah ke dalam tabung pengencer, bilas dengan aquadest bila masih ada darah dalam pipet, biarkan satu menit ,tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca pengaduk, bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standar, bila sudah sama penambahan aquades dihentikan, baca kadar Hb pada skala yang ada ditabung pengencer. Sumber kesalahan pada metode Sahli adalah tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin. Cara visual mempunyai kesalahan inheren 15-30%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Sumber kesalahan yang sering terjadi kemampuan untuk membedakan warna tidak sama sumber cahaya yang kurang baik, kelelahan mata, alat-alat kurang bersih, ukuran pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi ,pemipetan yang kurang akurat, warna gelas standar pucat / kotor dan lain sebagainya, penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang akurat (Standring, 2005).

2.3. Daun Sambiloto
        Sejenis tanaman herba dari famili Acanthaceae, yang berasal dari India dan Sri Lanka. Sambiloto juga dapat dijumpai di daerah lainnya, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, serta beberapa tempat di benua Amerika. tumbuhan sambiloto merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya diduga dari Asia tropika. Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai di Siam, ke timur sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah hujan 2000-3000 mm/tahun dan suhu udara 25-32 derajat Celcius. Selain Manfaat dan Khasiat melindungi hati, sambiloto juga dapat menekan pertumbuhan sel kanker. Hal ini disebabkan karena senyawa aktifnya, yakni Andrographolide, menurunkan ekspresi enzim CDK4 (cyclin dependent kinase 4) .Manfaat daun sambiloto dapat mengatasi hepatitis, infeksi saluran empedu,disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi,demam, malaria,kencing nanah (gonore), kencing manis (DM), TB paru, skrofuloderma, batuk rej an (pertusis), sesak napas (asma), darah tinggi (hipertensi), kusta (morbus hansen = lepra), leptospirosis, keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut, kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa) dan penyakit trofoblas ganas (tumor trofoblas), serta tumor paru (Jacob, 2008).

2.4. Pengertian Sonde dan Aturan-aturannya
      Pipa makanan dalam bahasa Indonesia juga disebut "sonde" atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah feeding tube adalah suatu alat bantu medis yang digunakan untuk mengatasi masalah pemberian nutrisi pada pasien yang mengalami kesulitan menelan ataupun menolak untuk makan (seperti misalnya mogok makan . Penempatan tabung alat bantu pemberian makanan ini dapat dilakukan secara sementara (pada kondisi akut) ataupun permanen (pada kondisi ketidak mampuan kronis). Tanpa adanya teknologi alat bantu ini maka banyak sekali pasien yang kemungkinannya untuk hidup berkurang (Jacob, 2008).



BAB III
 METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dengan judul “PENENTUAN JUMLAH KOMPONEN DARAH DAN KADAR Hb “yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2014 hari Selasa pada pukul 15.00-16.40 di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah  tabung EDTA, mikroskop, timbangan, gelas kimia, mikropipet, beaker glass, sonde, spuit, magnetic stirer, spidol, daun sambiloto, mencit, larutan (HCl 0,1 N, Hayem, turk), kertas saring, kertas tissue.

3.3. Cara Kerja
3.3.1. Uji Penghitungan Jumlah Leukosit
Pertama, mencit ditimbang setiap hari (sebelum perlakuan) kemudian disonde secara oral dengan menggunakan crude extract daun sambiloto, lalu diberi perlakuan crude extract daun sambiloto secara oral selama 1 minggu (sesuai dosis yang ditentukan), sedangkan perlakuan kontrol diberi air kemudian diambil darahnya dari ekor sebanyak 1 ml, dan dimasukkan dalam tabung vacutainer EDTA dan dihitung jumlah eritrositnya dan leukositnya dengan hemositometer, yang sebelumnya darah dilarutkan dalam larutan hayem dan turk kemudian diukur kadar Hb menggunakan metode Sahli, kemudian dibandingkan antara perlakuan larutan sambiloto dan kontrol.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Prosedur
Pertama, mencit dimasukkan ke alat penjebak yang berfungsi untuk menjebak mencit tersebut dan menghasilkan mencit yang terjebak di dalam alat penjebak, kemudian ekor dipotong kurang lebih 0,5 cm untuk mendapatkan darah dari ujung ekor dan menghasilkan ekor telah terpotong dan darah keluar dari ujung ekor, lalu darah ditampung di tabung EDTA agar mencegah pembekuan darah dan menghasilkan darah yang berada di dalam tabung EDTA dalam keadaan tidak beku, kemudian mencit dibedah dan darah diambil dari jantungnya yang berfungsi untuk mengambil darah dari jantung dan darah dari dalam jantung telah didapatkan, kemudian darah ditampung di tabung EDTA agar mencegah pembekuan darah dan menghasilkan darah yang berada di tabung EDTA, kemudian darah diambil sebanyak 50 mikrolit untuk dimasukkan kedalam tube dan didapatkan darah sebanyak 50 mikrolite telah berada di dalam tube, untuk pengujian perhitungan sel darah merah darah tersebut ditetesi oleh atau ditambah dengan 950 mikrolite larutan Hayem yang berfungsi untuk membunuh sel Leukosit dan untuk menghitung jumlah leukosit maka darah ditetesi dengan larutan Turk sebanyak 950 mikrolite yang berfungsi untuk membunuh sel eritrosit. Proses kemudian adalah proses homogenasi yang berfungsi untuk memisahkan sisa sel eritrosit dan leukosit yang telah mati dengan sel leukosit dan eritrosit yang masih hidup kemudian dimasukkan ke dalam hemositometer dan jumlah eritrosit dan leukosit dapat diketahui atau dihitung. 

4.2. Analisis Hasil
untuk lebih lengkapnya dapat mendownload laporan full versi  disini

4.2.2. Intepretasi Data
     Berdasarkan dari hasil data yang diperoleh bahwa pada perlakuan kontrol jumlah eritrosit dan leukosit adalah 10,08.107 dan 1,76.107 dan pada perlakuan dosis 1 ekstrak daun sambiloto yang diberikan jumlah eritrosit dan leukosit yaitu sebesar 8,49.107 dan 1,12.107 dan pada pemberian ekstrak daun sambiloto dosis 3 jumlah eritrosit dan leukosit yaitu sebesar 4,08.107 dan 6,0.107. Berdasarkan grafik yang telah digambarkan bahwa jumlah eritrosit pada mencit yang perlakuannya kontrol sangat banyak namun jumlah leukositnya sedikit dan menurun pada dosis 1 pemberian ekstrak daun sambiloto tetapi pada dosis 2, jumlah eritrosit juga mengalami penurunan namun pada perlakuan dosis ketiga eritrosit tetap mengalami penurunan secara drastis jadi berdasarkan dari hasil praktikum yang diperoleh bahwa pemberian ekstrak daun sambiloto pada mencit dapat meningkatkan jumlah leukosit dan ekstrak daun sambiloto dapat berfungsi sebagai imuno stimulator yaitu meningkatkan pertahanan atau imunitas tubuh (Jacob, 2008).

4.2.3 Fungsi Daun Sambiloto, Tabung EDTA
       Manfaat daun sambiloto dapat mengatasi hepatitis, infeksi saluran empedu,disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi,demam, malaria,kencing nanah (gonore), kencing manis (DM), TB paru, skrofuloderma, batuk rej an (pertusis), sesak napas (asma), darah tinggi (hipertensi), kusta (morbus hansen = lepra), leptospirosis, keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut, kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa) dan penyakit trofoblas ganas, meningkatkan sistem imun atau sebagai imuno stimulator. (Jacob, 2008).
EDTA adalah antikoagulan yang paling umum dan banyak digunakan untuk parameter pemeriksaan hematologi. EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium), EDTA dalam bentuk garam Kalium 15 kali lebih larut dalam air dibandingkan dalam bentuk garam Natrium. EDTA mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium, sehingga EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb. Sedangkan untuk pemeriksaan mikrobiologi, antikoagulan EDTA tidak baik untuk digunakan sebagai pengawet sampel karena dapat membunuh kuman yang terdapat di dalam darah. Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute). Walaupun demikian tetapi sampai saat ini Na2EDTA dalam bentuk serbuk masih banyak digunakan di berbagai laboratorium. Umumnya untuk memudahkan pengukuran maka dibuat menjadi larutan 10% (Bickley, 2006).

4.3. Trouble Shooting
     Troubel shooting yang terdapat dalam praktikum ini adalah saat proses penyondean mencit berlangsung, posisi pipa sonde tidak benar yang seharusnya miring ke kiri menjadi ke kanan akibatnya ekstrak daun sambiloto dengan dosis tertentu menjadi masuk kedalam paru-paru bukan kerongkongan akibatnya mencit menjadi mati dan terjadi kesalahan perhitungan jumlah leukosit pada pemberian dosis satu yang seharusnya jumlahnya meningkat namun turun.


BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan
     Berdasarkan dari hasil praktikum atau pengamatan yang telah dilakukan bahwa daun sambiloto dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah leukosit atau berfungsi sebagai immuno stimulator yaitu meningkatkan jumlah sel leukosit, peningkatan tersebut dapat diamati pada jumlah yang di hitung pada hemositometer, leukosit yang mengalami peningkatan yang besar adalah pada dosis 2 dibandingkan kontrol dan dosis 1 karena semakin banyak ekstrak daun sambiloto yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah leukosit yang didapatkan.

5.2. Saran
    Perlu dilakukan penjelasan mengenai cara menghitung jumlah eritrosit dan leukosit pada hemositometer karena masih belum paham dengan caranya, perlu diselidiki lebih lanjut penyebab terjadinya penurunan leukosit pada dosis 1 karena bertentangan dengan teori yang mengatakan daun sambiloto merupakan imuno stimulator seharusnya dapat meningkatkan jumlah leukosit namun hasil praktikum ini menunjukkan penurunan kadar leukosit meski hanya sedikit pada perlakuan dosis 1.




DAFTAR PUSTAKA

Bickley, L.S., and Szilagyi, P.G. 2006. Physical Examination and History Taking, 9th
            ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Jacob, S. 2008.Human Anatomy and Herbal Drug: A Clinically-Orientated Approach
            New York: Churchill Livingstone, Inc.

Guinan, J.J. “Olivocochlear Efferents: Anatomy, Physiology, Function, and the Measurement 
           of Human Anatomy and Fisiology,” . (2006).Ear & Hearing 27,589-607.

Khaw, P. T., Shah, P., & Elkingkton, A. R. 2004. Fundamental of Human Anatomy 
           Fisiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Levi, D. M. (2005). Preceptual learning in adults with amblyopia: A reevaluation of critical periods 
           in human vision. Development Physiology 46, 222-232.

Seeley, R.R., et al. 2007. Anatomy and Physiology, 8th ed. New York: McGraw-Hill Book Co.

Standring, S. Gray's. 2005. Fisiology: The Fisiology Basis , 39th ed. New York: 
           Churchill Livingstone, Inc.

Wahl, I. 2006. Building Fisiology: An Illustrated Guide to How Structures Work. New 
           York: McGraw-Hill Book Co.


terimakasih kawan sudah mampir di blog saya ,semoga ilmu yang di dapatkan menjadi bermanfaat untuk lebih lengkapnya dapat mendownload  disini

No comments:

Post a Comment