Laporan Histologi Hewan Sistem Respirasi

Terimakasih kawan sudah berkunjung dan membaca postingan saya, untuk mendownload laporan versi full dapat klik disini




LAPORAN HISTOLOGI HEWAN
SISTEM RESPIRASI






Oleh
Nama : Viol Dhea Kharisma
Kelas : Biologi A
NIM  : 135090107111007






LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
MALANG
2014



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Dasar Teori
      Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan. Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernafas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka. 
      Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saat kita berbicara. Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal dari pada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis. Pada seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur. Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat (Mader,1998) 
      Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan (Bardelli,2010).

1.2 Tujuan
     Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengenal struktur jaringan penyusun sistem pencernaan yaitu jaringan penyusun trakea serta paru - paru

1.3 Manfaat 
      Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu dapat membantu mahasiswa biologi mempelajari peranan dan struktur jaringan penyusun sistem respirasi seperti jaringan penyusun trakea serta paru -paru dan dapat dimanfaatkan dalam riset mengenai patohistologi.           



BAB II
        HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Jaringan Penyusun Trakea
2.1.1 Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jaringan penyusun trakea  adalah terdiri atas. Epitel  tipe pseudostratified columnar yang disokong lamina basal dan lamina propria. Epitel dan lamina propria menyusun lapisan mukosa. Lapisan submukosa  terdapat di antara mukosa dan karilago, tersusun atas jaringan pengikat padat, mengandung kelenjar seromukous (kelenjar trachealis). Kartilago hialin bentuk huruf C, terbuka pada bagian posterior. Antar ujung karilago dihubungkan oleh otot polos. Kartilago diselubungi  oleh jaringan pengikat padat perikondrium. Lapisan paling luar adalah adventitia, tersusun oleh jaringan pengikat (Duval,1959).
Trakea menghubungkan laring dengan bronkus utama. Struktur ini terletak di garis tengah tubuh, dengan bagian distal yang biasanya mengarah ke sisi kanan. Batas atas trakea lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Pada bayi yang baru lahir batas atas trakea terletak pada tingkat vertebra serviks kedua dengan adanya penurunan dari laring seiring dengan bertambahnya usia, maka batas atas trakea mencapai vertebra servikal kelima pada anak berusia lima tahun dan akhirnya mencapai tingkat vertebra keenam pada usia lima belas tahun. Demikian pula dengan  bifurkasi trakea yang terletak pada tingkat vertebra servikal ketiga atau keempat pada  bayi baru lahir dan pada vertebra toraks kelima pada orang dewasa. Pada individu dengan luas dada sempit maka bifurkasi trakea dapat terletak pada tingkat yang lebih tinggi dibading pada individu lainnya. Ujung trakea bagian kranial melekat pada batas bawah krikoid dengan ligamen krikotrakeal. Perlekatan ini membuat laring bergerak naik dan turun selama respirasi dan menelan. Pada orang dewasa , lumen trakea biasanya berbentuk oval dan keras, pipih pada sisi anteroposterior. Cincin lumen biasanya berbentuk C, dengan membran posterior yang menghubungkan lengan "C" dalam garis lurus yang umumnya memiliki panjang kurang dari sepertiga keliling trakea. Sebuah cincin trakea dewasamemiliki tinggi kurang lebih 4mm. Oleh karena itu, ada sekitar dua cincin per cm trakea . Panjang dan diameter trakea kira-kira sebanding dengan ukuran seorang individu. Pria umumnya memiliki trakea dengan diameter yang lebih besar daripada wanita. Pada pria dewasa , diameter eksternal ukuran trakea sekitar 2,3 cm potongan koronal dan 1,8 cm pada  potongan sagital. Sedangkan pada wanita adalah 2,0 pada potongan koronal dan 1,4 cm pada potongan sagital. Dinding trakea memiliki ketebalan sekitar 3 mm. Trakea menyempit pada bagian distal yang mengarah ke karina, lebih terutama pada anak-anak. Ini merupakan suatu poin penting dalam memilih tabung endotrakeal, terutama untuk ventilasi, di mana tabung mungkin di tempatkan pada posisinya untuk waktu yang lama. Seorang pria kecil atau wanita, bahkan jika obesitas, tetap akan memiliki trakea yang pendek dan diameter sempit Trakea dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian servikal dan mediastinal dibagi oleh garis sepanjang horizontal sepanjang bukaan thoraks dengan leher berada dalam posisi vertikal. Pada anak-anak, trakea  bagian thorakal sedikit lebih pendek dibandingan bagian servikal. Sementara pada orang dewasa bagian torakal mencakup dua pertiga dari seluruh panjang trakea. Secara bedah ada baiknya untuk membagi trakea bagian torakal menjadi tiga  bagianyang sama panjang, superior, middle dan inferior (Carneiro,2005).

2.2 Jaringan Penyusun Paru - Paru
2.2.1 Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa jaringan penyusun paru – paru terdiri atas kartilago, epitel, lumen, sacc, dan duct. Mukosa dengan epitel kuboid, tidak bersilia, tanpa sel Goblet. Lapisan karilago tidak  terdapat pada saluran ini. Dinding bronchioles ini sudah berhubungan dengan ruang alveoli. Gian Respiratoris Ductus alveolaris merupakan saluran pendek yang  bagian dindingnya terbuka/ berhubungan dengan alveoli. Pada bagian akhir dari ductus alveolaris membentuk kantong (saccus alveolaris), yang berhubungan dengan alveoli. Alveoli merupakan bagian akhir dari bagian respiratorius yang berupa ruangan dengan dinding yang banyak mengandung kapiler. antar ruang alveoli dihubungkan oleh porus alveolaris (alveolar pore). Dinding alveolus tersusun atas sel endotel  (continuous, non-fenestrated) ,sel epitel pipih selapis (pneumosit type I) ,sel sekretoris (pneumosit Type II) ,sel jaringan pengikat ( fibroblast, makrofag/dust cell). 
       Struktur paru-paru seperti busa yang banyak terdapat rongga-rongga atau kantung kecil, yang disebut alveolus. Alveolus dapat mencapai 600 juta, pada masing-masing paru-paru. Dengan adanya struktur seperti ini maka akan memperluas permukaannya sehingga pertukaran O2 dan CO2 di dalam paru-paru dapat menjadi efisien. Alveolus ini dihubungkan dengan udara luar oleh bronkus, sehingga bronkus bercabang dua, yaitu menghubungkan paru-paru kiri dan kanan. Masing-masing percabangan bronkus akan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah terletak alveolus yang tersusun seperti buah anggur. Kita manusia bernapas menggunakan paru-paru. Ketika bernapas, manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Paru-paru sebagai alat ekskresi berfungsi sebagai tempat pengeluaran CO2 dan air. Ini terkait juga dengan proses pernapasan. CO2 dan air hasil proses metabolisme sel diangkut melalui kapiler vena darah dibawa ke bagian alveolus paruparu, kemudian dibuang lewat proses pernapasan. Agar lebih jelas Anda dapat membuka kembali bab pernapasan. Seseorang yang terkena penyakit asma, ia akan merasakan sesak napas, hal ini disebabkan bagian bronkus mengalami penyempitan karena otot -ototnya berkontraksi. Biasanya penyakitnya akan kambuh karena adanya reaksi alergi tubuh terhadap benda-benda tertentu misalnya bulu kucing, debu, dan serbuk sari. Pada penderita bronkhitis, bagian bronkus ini tersumbat oleh lendir. Organ paru-paru secara mendetail telah dibahas pada bab pernapasan. Cobalah Anda ingat kembali materi itu! Paru-paru manusia terdapat di dalam rongga dada, dilindungi oleh tulang rusuk dan berjumlah sepasang. Saluran dari batang tenggorokan bercabang-cabang menuju paru-paru kiri dan kanan. Percabangan saluran yang masuk paru-paru ini disebut bronkus Masing-masing bronkus bercabang- cabang lagi menjadi bronkiolus. Di dalam paru-paru terdapat alveolus atau gelembung gelembung udara, di sinilah terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2. Paru-paru juga dibungkus oleh selaput yang disebut pleura. Dengan adanya pleura, maka paru-paru dapat bergerak elastis, mengembang dan mengempis. Paru-paru kanan lebih besar daripada kiri. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram sedang-kan kiri 560 gram. Perhatikan Gambar berikut ini (Campbell,1997).



BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
      Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, bahwa jaringan penyusun paru – paru terdiri atas kartilago, epitel, lumen, duct serta sacc dan pada jaringan dasar penyusun trakea adalah jaringan mukosa, submukosa, dan kartilago. Pada alveolus tersusun jaringan kapiler darah yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida saat peristiwa respirasi berlangsung.

3.2 Saran
Perlu dilakukan penjelasan ulang mengenai perbedaan yang mendasar mengenai jaringan penyusun paru - paru dengan jaringan penyusun trakea karena masih belum jelas.


DAFTAR PUSTAKA


Campbell, Neil. 1997. Biology.Fourth Edition. California : The Benjamin Publishing Inc.

Carneiro.2005. Basic Histology.New York: McGraw-Hill.

Duval, Ellen Neal. 1959. TheAnatomy. New York: Prentice-Hall, Inc.

Glenn , and Susan Toole. 1999. New Understanding Biology. London: Stanley Thornes.

Bardelli A, Siena S. Molecular mechanisms of resistance to cetuximab and panitumumab
          in colorectal cancer. J Clin Oncol 2010;28:1254-61.

Mader, S.S. 1998. Biology. New York: McGraw-Hill Companies.

Takashima T: Airway Secretion: Physiological Bases for the Control of Mucous
           Hypersecretion. Marcel Dekker, 1994.

Thurlbeck WM, Abell RM (editors): The Lung: Structure, Function, and Disease.
          Williams & Wilkins, 1978.

Terimakasih kawan sudah berkunjung dan membaca postingan saya, untuk mendownload laporan versi full dapat klik disini







































No comments:

Post a Comment