Laporan Anatomi Fisiologi Hewan Sensorik dan Motorik

Terimakasih teman-teman sudah mampir dan membaca postingan di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat, untuk mendownload laporan versi full silahkan klik disini

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI HEWAN


SENSORIK DAN MOTORIK

Oleh :
Viol Dhea Kharisma
135090107111007







LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014



SENSORIK DAN MOTORIK

Viol Dhea Kharisma
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 
Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Saraf merupakan bagian penting yang peranannya mutlak diperlukan dalam sistem gerak, untuk terjadinya pergerakan memerlukan aksi potensial yang diperankan oleh saraf. Rangsangan yang diterima oleh suatu individu akan menyebabkan dikirimnya aksi potensial sampai ke serabut otot. Neuron merupkan unit struktural fungsional jaringan saraf, berdasarkan fungsinya neuron dibagi menjadi dua yaitu neuron sensorik dan motorik. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui presepsi dua titik sentuh pada dua permukaan kulit, mengukur kecepatan respon penghilangan terhadap warna, dan mengetahui respon saraf dengan knee jerk. Manfaat yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mahasiswa biologi mampu mengetahui cara kerja neuron sensorik dan motorik serta mekanisme bagaimana saraf bekerja ketika diberi stimulan. Metode yang digunakan dalam praktikum ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu terdiri atas uji presepsi dua titilk sentuh dan uji reaksi. Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan bahwa pada uji presepsi pada dua titik , kepekaan sentuhan dipengaruhi oleh macam probandus baik gemuk maupun kurus, dan pria maupun wanita serta pada uji reaksi hasilnya semuanya positif pada masing-masing probandus dan pada uji respon penghilangan warna kecepatan respon dipengaruhi oleh masing-masing atau jenis probandus. Kesimpulan dalam praktikum ini adalah bahwa kepekaan seseorang dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kondisi fisik atau kesehatan pada diri seseorang

Kata kunci : Neuron motorik, Neuron sensorik, Saraf, Uji reaksi Uji presepsi dua titik, Uji respon terhadapa penghilangan warna


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang
      Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa, pikiran dan ingatan. Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel glia (Seeley, 2007).
Neuron disebut dengan sel saraf, merupakan unit fungsional sistem saraf dan merupakan sel yangat khusus. Maturasi saraf terjadi sebelum atau segera setelah lahir. Saat matur, neuron tidak menjalani reproduksi sel dan tidak dapat diganti. Setiap neuron berfungsi untuk menerima stimulus yang datang dari, dan mengirim stimulus keluar ke saraf lain, otot atau kelenjar. Neuron melewati dan menerima sinyal melalui perubahan aliran ion bermuatan listrik bolak-balik melintasi membran sel neuron (Standring, 2005).
       Neuron sensorik merupakan sel saraf yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari reseptor (alat indera) menuju ke otak atau sumsum tulang belakang. Oleh karena itu neuron ini disebut juga neuron indera karena dendrit neuron ini berhubungan dengan alat indera untuk menerima impuls sedangkan aksonnya berhubungan dengan neuron lain. Neuron motorik merupakan sel saraf yang berfungsi untuk membawa impuls dari otak atau sumsum tulang belakang menuju ke efektor (otot atau kelenjar dalam tubuh). Neuron ini disebut neuron penggerak karena neuron motorik dendritnya berhubungan dengan akson lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor yang berupa otot atau kelenjar (Wahl, 2006).
     Berdasarkan dari hal yang telah dijelaskan mengenai sistem saraf dan neuron maka pentingnya dilakukan praktikum ini adalah untuk mempelajari presepsi sentuhan, kecepatan respon, dan mekanisme respon saraf.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah 
Bagaimana presepsi dua titik sentuh pada dua permukaan kulit dapat terjadi ?
Bagaimana cara mengukur kecepatan respon penghilangan warna ?
Bagaimana respon saraf dengan knee jerk ?

1.3. Tujuan
     Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui presepsi dua titik sentuh pada dua permukaan kulit dan mengukur kecepatan respon penghilangan terhadap warna serta mengetahui respon saraf dengan knee jerk. 

1.4. Manfaat
    Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah dapat mengetahui mekanisme kemampuan saraf sensorik dan saraf motorik saat diberikan rangsangan serta dapat digunakan untuk penelitian mengenai peranan saraf motorik dan sensorik dalam menyelenggaran ciri makhluk hidup yaitu sebagai respons terhadap rangsangan (iritabilita). 


BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA


2.1Saraf 
2.2.1. Struktur Sel Saraf
    Sel saraf atau neuron merupakan satuan kerja utama dari sistem saraf yang berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang). Jutaan sel saraf ini membentuk suatu sistem saraf. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson . Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf yang lain atau ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Pada ujung akhir dari akson terdapat sinapsis yang merupakan celah antara ujung saraf dimana neurotransmitter dilepaskan untuk menghantar impuls ke saraf selanjutnya atau organ yang dituju. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi membentuk selubung mielin. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang dapat mempercepat penghantaran impuls. (Levi, 2005)

2.2.2. Jenis Sel Saraf 
Tipe-tipe sel saraf pada makhluk hidup terdiri atas, sel saraf sensorik adalah sel saraf yang berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet). Sel saraf motorik adalah sel saraf ini berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang. Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet berfungsi untuk menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf. (Monkhouse, 2007)

2.2.3. Tipe Neuron
     Neuron yang membawa informasi dari sistem saraf perifer ke sistem saraf pusat disebut neuron sensorik atau neuron eferen. Neuron ini adalah satu-satunya tipe sel saraf yang tidak memiliki dendrit, tetapi memiliki reseptor di ujung distalnya yang mendeteksi stimulus kimia atau fisik. Neuron membawa informasi keluar dari sistem saraf pusat ke berbagai organ target (sel otot, saraf lain, atau kelenjar) disebut neuron motorik atau neuron eferen. Kelompok neuron ketiga menyampaikan pesan antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron ini disebut interneuron. Hampir 99% dari semua neuron di tubuh adalah interneuron dan semua interneuron terletak di sistem saraf pusat (Khaw, 2004).

2.2.4. Mekanisme Penghantaran Rangsangan
     Pada sel saraf terjadi proses penghantaran impuls secara konduksi. Apabila tidak ada rangsang maka sel saraf disebut dalam keadaan istirahat. Dalam keadaan ini saraf tidak menghantarkan impuls. Membran luar sel saraf bermuatan positif karena kelebihan kation atom Na+. Membran dalam sel saraf bermuatan negatif karena banyak ion K+ yang keluar akson. Keadaan seperti ini disebut polarisasi. Terjadinya kondisi demikian karena peran pompa Na – K dan sifat membran akson yang lebih permeabel terhadap K+ dan kurang permeabel terhadap Na+. Na+ dipompa ke luar. K+ dipompa ke dalam karena sifat membran akson yang permeabel terhadap K, maka K + dapat keluar lagi. Jika terjadi rangsang kuat, permeabilitas membran akan berubah. Akibatnya polarisasi membran juga berubah. Polarisasi mengalami pembalikan pada lokasi tertentu yang disebut depolarisasi. Selanjutnya proses pembalikan polarisasi diulang hingga menyebabkan rantai reaksi. Dengan demikian, impuls berjalan sepanjang akson. Setelah impuls berlalu, membran neuron memulihkan keadaannya seperti semula. Selama masa pemulihan ini, impuls tidak bisa melewati neuron tersebut (Guyton, 2007).
       Titik - titik (celah) pertemuan antara neuron satu dengan neuron lain disebut sinapsis. Akson pada setiap neuron berakhir membentuk tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan tombol sinapsis disebut membran pre-sinapsis. Membran pre-sinapsis berfungsi meneruskan rangsang. Membran pre-sinapsis akson neuron satu akan bertemu dengan dendrit neuron yang lain. Permukaan dendrit neuron itu disebut membran post-sinapsis. Fungsi membran post-sinapsis sebagai penerima rangsang. Di antara kedua membran tersebut terdapat suatu celah yang disebut celah sinapsis. Bila impuls telah berada di ujung akson, ujung akson akan mengeluarkan neuro hormon yang disebut juga neurotransmiter. Zat ini bersifat memacu dan menghantarkan impuls ke ujung dendrit neuron yang lain. Ada beberapa neurotransmiter yang dikenal yaitu asetilkolin, serotonin, dan dopamin. Keduanya merupakan neurotransmiter yang terdapat di seluruh sistem saraf. Jika impuls tiba di tombol membran pre-sinapsis, akan terjadi peningkatan permeabilitas membran pre-sinapsis terhadap ion Ca2+. Akibatnya ion Ca2+ masuk dan gelembung sinapsis melebur dengan membran pre-sinapsis sambil melepaskan neurotransmiternya ke celah sinapsis. Neurotransmiter ini membawa impuls ke membran post-sinapsis. Setelah menyampaikan impuls, selanjutnya neurotransmiter dihidrolisis oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post-sinapsis, misalnya asetilkolinesterase. Jika neurotransmiternya dihidrolisis menjadi kolin dan asam etanoat, kedua senyawa hasil hidrolisis ini akan disimpan di gelembung sinapsis untuk dipergunakan lagi (Guinan, 2006). 

2.2.5. Struktur Otak
      Batang otak dan medula berperan sebagai stasiun relai untuk informasi yang merambat antara SST dan otak yang lebih tinggi. Formasi retikular, jejaring neuron di dalam batang otak, meregulasi kondisi tidur dan bangun. Serebelum membantu mengoordinasi fungsi-fungsi motorik, preseptual, dan kognitif. Serebelum juga terlibat dalam pembelajaran dan mengingat keterampilan-keterampilan motorik. Talamus adalah pusat utama yang dilewati oleh informasi sensoris dan motorik ke serebrum. Hipotalamus meregulasi homeostasis dan prilaku-prilaku kesintasan dasar. Selain itu, nukleus suprakiasmatik (SCN) di dalam hipotalamus bertindak sebagai pemacu (pacemaker) untuk ritme sirkadia. Serebrum memiliki dua hemisfer, yang masing-masing terdiri dari substansi abu-abu korteks diatas substansi putih dan nukleus basal, yang penting dalam perencanaan dan pembelajaran gerakan. Pada mamalia korteks serebral yang berlipat-lipat juga disebut neokorteks. Pita tebal akson, korpus kalosum, menyediakan komunikasi antar korteks serebral
(Kasper, 2005).

2.3. Patofisiologi
2.3.1. Alzeimer
   Penyakit Alzheimer adalah deteriorasi mental, atau demensia,yang dicirikan rasa bingung, kehilangan memori, dan berbagai macam gejala-gejala yang lain. Kemunculan penyakit ini terkait dengan usia, naik dari sekitar 10% pada usia 65 tahun hingga sekitar 35% pada usia 85 tahun. Penyakit ini progresif, dengan pasien yang semakin tidak mampu berfungsi dan akhirnya harus dibantu untuk berpakaian, mandi, disuapi oleh orang lain. Ada pula perubahan kepribadianm yang hampir selalu menjadi buruk. Pasien seringkali kehilangan kemampuan untuk mengenali orang-orang, termasuk keluarga dekatnya sendiri, dan mungkin memperlakukan mereka dengan rasa curiga dan sikap galak. Penyakit Alzheimer menyebabkan kematian neuron-neuron pada berbagai area di otak, termasuk hipokampus dan korteks serebral. Akibatnya, seringkali ada penyusutan masif dari jaringan penyusun otak, walaupun bisa terlihat melalui pencitraan otak, penyusutan ini tidak cukup mengidentifikasi penyakit ini secara positif. Terlebih lagi kebanyakan gejala penyakit Alzheimer mirip dengan bentuk-bentuk lain dari demensia. Akibatnya dokter sangat kesulitan untuk mendiagnosisnya. Diagnosis yang pasti berasal dari temuan posmortem (pasca-kematian) dua ciri-plak amiloid dan belitan neurofibriler di jarigan otak yang masih tersisa. Plak amiloid adalah agregat dari beta-amiloid, suatu peptida tak larut yang disibak dari suatu protein membran yang ditemukan di neuron. Enzim-enzim membran, disebut sekretase, mengkatalisis penyibakan tersebut, menyebabkan beta-amiloid berakumulasi dalam plak-plak di luar neuron dan memicu kematian neuron-neuron di sekelilingnya. Pada penyakit Alzheimer, tau mengalami perubahan-perubahan yang menyebabkan protein tersebut mengikat ke dirinya sendiri, menghasilkan belitan-belitan neurofibriler. Ada bukti bahwa perubahan-perubahan pada terkait kemunculan penyakit Alzheimer pada orang-orang yang relatif muda. Suatu usaha besar-besaran telah mengarahkan pada pengembangan terbaru obat-obatan yang sebagian efektif dalam meredakan gejala-gejala penyakit Alzheimer, namun sejauh ini tidak ada penyembuhan untuk penyakit itu (Bickley, 2006).

2.3.2. Parkinson
      Suatu gangguan motorik, penyakit Parkinson dicirikan oleh kesulitan dalam menginisiasi gerakan-gerakan, pergerakan yang lambat, dan kekakuan tubuh. Para pasien seringkali mengalami tremor otot, keseimbangan buruk, postur yang membungkuk, dan jalan yang tetatih-tatih. Otot-otot wajahnya menjadi kaku, sehingga menyebabkan mereka sulit mengubah-ubah ekspresinya. Seperti penyakit Alzheimer, penyakir Parkinson merupakan kelainan otak progresif dan semakin umum sering terjadi seiring berjalannya usia. Gejala-gejala penyakit Parkinson diakibatkan oleh kematian neuron-neuron pada otak tengah yang normalnya melepaskan dopamim pada sinapsi-sinapsis di nukleus basal. Seperti pada penyakit Alzheimer, agregat-agregat protein akan berakumulasi. Sebagian besar kasusu penyakit Parkinson tidak bisa diidentifikasi penyebabnya akan tetapi, suatu bentuk yang langka dari penyakit tersebut, muncul pada orang dewasa yang relatif muda, memiliki basis genetis yang jelas. Penelitian-penelitian  molekuler terhadap mutasi-mutasi yang terkait dengan penyakit Parkinson yang muncul sejak awal ini mengungkapkan gangguan pada gen-gen yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi mitokondria tertentu. Para peneliti sedang menyelidiki apakah cacat-cacat mitokondria juga berkontribusi pada bentuk penyakit Parkinson yang lebih sering terjadi pada pasien tua (Jacob, 2008).


BAB III
 METODOLOGI


3.1. Waktu dan Tempat
      Praktikum dengan judul “ SENSORIK DAN MOTORIK “  yang dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2014 hari Selasa pada pukul 15.00-16.40 di Laboratorium Fisologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

3.2. Alat dan Bahan
       Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pensil, satu set alat reaction test, dan palu.

3.3. Cara Kerja
3.3.1. Uji Presepsi Dua Titik Sentuh 
      Pertama, permukaan kulit ditekan dengan menggunakan benda dengan ujung runcing pada saat yang bersamaan. Kedua, probandus disuruh merasakan dua atau satu titik dengan jarak antar titik sentuh berbeda-beda. Ketiga, jarak antar titik sentuh: 1, 5, 10, 50, dan 100 mm, dan yang terakhir dilakukannya uji pada telapak tangan, lengan, betis, dan punggung.

3.3.1. Uji Presepsi Dua Titik Sentuh
Pertama, alat reaction test dihidupkan, kemudian probandus disuruh menekan tombol sesuai dengan warna lampu yang menyala (diulang 20x) , dan dicatat waktu yang tertera pada alat. Terakhir, probandus duduk dengan kaki yang menggantung, kemudian lutut probandus dipukul dengan palu dan dicatat respon probandus.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Prosedur
Pada uji presepsi dua titik sentuh pada dua permukaan kulit dilakukan penekanan pada permukaan kulit dengan menggunakan benda runcing yang bersamaan yang bertujuan untuk mengetahui kepekaan kulit terhadap benda runcing tersebut, kemudian probandus disuruh untuk merasakan dua titik atau satu titik dengan jarak antar titik sentuh berbeda yang bertujuan untuk mengetahui presepsi dua titik sentuh pada permukaan kulit, jarak antar titik sentuh bervariasi agar didapatkan data yang beragam dan relevan, bagian tubuh pada kulit yang digunakan untuk uji adalah kulit telapak tangan, lengan, betis, dan punggung, dipilih bagian-bagian tersebut karena memiliki sensitifitas yang tinggi. Pada uji reaksi, pertama alat reaction test dihidupkan, kemudian probandus disuruh menekan tombol sesuai dengan lampu yang menyala (diulang 20x) yang bertujuan untuk mengukur kecepatan respon penghilangan terhadap warna dan dilakukan sebanyak 20x bertujuan untuk mendapatkan data yang maksimal dan bervariasi. Terakhir, probandus disuruh duduk dengan kaki yang menggantung, kemudian lututnya dipukul dengan palu, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui respon saraf.   

4.2. Analisis Hasil
4.2.1. Tabel Pengamatan
Terimakasih teman-teman sudah mampir dan membaca postingan di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat, untuk mendownload laporan versi full silahkan klik disini

4.2.2. Intepretasi Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan dari hasil yang telah diperoleh bahwa pada uji presepsi dua titik sentuh pada probandus laki-laki kurus pada jarak 1 mm tangannya dapat merasakan pada kedua titik ketika disentuh, lenganya serta punggung juga dapat merasakan pada dua titik ketika disentuh, namun berbeda dengan betis yang hanya dapat merasakan pada 1 titik saja. Pada jarak 5 mm, tangan dan lengan dapat merasakan sentuhan di dua titik namun pada betis dan punggung hanya dapat merasakan sentuhan di satu titik saja, pada jarak 50 mm semuanya baik tangan, lengan, betis, dan punggung dapat mersakan sentuhan pada satu titik saja. Pada probandus laki-laki gemuk, jarak 1mm semuanya baik tangan, lengan, betis, punggung dapat merasakan sentuhan pada satu titik saja. Pada, jarak 5 mm, pada tangan dapat mersakan sentuhan di dua titik saja, namun lengan, betis, punggung hanya dapat merasakan sentuhan pada satu titik saja. Pada jarak 10 mm tangan, lengan, betis dapat merasakan sentuhan pada dua titik namun punggung hanya dapat merasakan sentuhan pada satu titik. Pada jarak 50 dan 100 mm semuanya baik tangan, lengan, betis, dan punggung dapat merasakan sentuhan pada dua titik. Pada probandus perempuan kurus, jarak 1 dan 5 mm semuanya baik tangan, lengan, betis, dan punggung hanya dapat mersakan sentuhan di satu titik ,pada jarak 10 mm tangan, lengan, dapat merasakan sentuhan di dua titik namun pada betis dan punggung hanya dapat merasakan sentuhan pada satu titik, pada jarak 50 dan 100 mm semuanya baik tangan, lengan, betis, punggung dapat merasakan sentuhan pada dua titik. Pada probandus perempuan gemuk, jarak 1 mm semuanya baik tangan, lengan, betis, dan punggung dapat merasakan sentuhan pada satu titik, pada jarak 5 mm pada tangan dapat meraskan sentuhan pada dua titik, namun pada lengan, betis, dan punggung hanya dapat merasakan sentuhan pada satu titik saja, pada jarak 10 dan 50 mm pada tangan, lengan, dan betis hanya dapat merasakan sentuhan di dua titik namun pada punggung hanya merasakan sentuhan di satu titik. Pada jarak 100 mm semuanya baik tangan, lengan, betis, dan punggung dapat merasakan sentuhan di dua titik. Sentuhan pada dua atau satu titik pada masing-masing probandus dipengaruhi oleh jarak serta jenis probandus (ciri fisik atau jenis kelamin). Berdasarkan hasil uji reaksi pada probandus laki-laki kurus dan gemuk serta pada perempuan kurus dan gemuk menunjukkan reaksi positif saat diuji dengan knee jerk. Pada uji respon penghilangan warna waktu rata pada probandus normal laki-laki yaitu sebesar 0,702 ,pada laki-laki minus yaitu sebesar 0,56, pada perempuan normal 0,68 ,pada perempuan minus 0,764.

4.2.3. Mekanisme Gerak Refleks
      Rangsangan pada gerak refleks tidak ditanggapi oleh otak layaknya gerak – gerak biasa yang kita lakukan sehari – hari, ini dikarenakan gerakan tersebut digunakan untuk melindungi tubuh yang sifatnya berbahaya dan terjadi sangat cepat sekali. Jadi jika respon tersebut masih harus diolah di otak, akan menyebabkan sesuatu yang buruk terjadi pada tubuh kita. Analisis dari contoh tangan yang tekena sengatan api tadi, bila otak masih harus membuat keputusan  antara dihindari atau tidak, sedangkan api itu sudah akan membakar tangan kita. Untuk itu sistem saraf yang menangani gerak refleks adalah sumsum tulang belakang, sedangkan otak berfungsi untuk koordinasi tubuh  yang utama. Gerak refleks biasanya terjadi sangat cepat sekali sehingga gerakannya kadang tidak disadari oleh otak. Adapun alur  yang tejadi pada gerak refleks ialah rangsang yang diterima oleh reseptor atau alat indera (dari contoh tadi berupa sengatan api) dibawa oleh sel saraf sensorik ke sumsum tulang belakang untuk diproses dan respon tadi diteruskan oleh  sel saraf motori ke otot untuk melakukan reaksi ( berupa gerakan menarik tangan dengan cepat). Bila digambarkan secara sederhana sebagai berikut: Rangsangan ---> Sel saraf sensorik ---> Sumsum tulang belakang ---> Sel saraf motorik ---> Otot.  Gerak merupakan aktivitas yang tak pernah terlupakan oleh kita, dan dalam prosesnya  dikendalikan oleh sistem saraf, dengan cara menerima rangsang, mengirimkan impuls ke pusat saraf kemudian memberi tanggapan atau respon yang akan dilakukan oleh otot ataupun kelenjar. Gerakan dibedakan menjadi dua yaitu gerak biasa dan gerak refleks. Kedua gerakan ini diatur oleh dua sistem saraf pusat yang berbeda pula. Pada gerak biasa diatur oleh otak (sebagai pusat kesadaran) sedang pada gerak refleks diatur oleh sumsum tulang belakang (Standring, 2005).

4.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepekaan Rangsangan Seseorang 
     Jenis kelamin pada umumnya, wanita lebih peka dibandiung laki laki dalam merasakan sesuatu. Wanita juga lebih dapat mengemukakan sesuatu apa yang dirasakan dibanding laki laki. Akan tetapi, penilaian sensori wanita terhadap aroma dan flavor lebih cenderung tidak konsisten diabanding laki laki. Hal ini berhubungan dengan siklus menstruasi dan kehamilan. Usia pada umumnya, kemampuan seseorang dalam merasa, mencium mendengar dan melihat semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Akan tetapi, berkurangnya kemampuan seseorang bervariasi tergantung pengalaman dan latihan yang di ikuti, biasanya sekitar usia 60 tahun atau lebih. Pada panel yang memerlukan populasi mewakili berbagai target konsumen, maka panelis yang berusia tua juga dibutuhkan. Kondisi fisilologis panelis yang mempengaruhi kepekaannya adalahkosidi lapar ataupun kenyang, kelelahan, sakit, obat, waktu bangun tidur, dan merokok. Faktor genetis juga diketahui dapat mempengaruhi persepsi sensoriseseorang, khususnya apabila berhubungan dengan deteksi pengenalan danambang batas terhadap substansi tertentu. Misalnya, pada orang yang pekaterhadap phenylthiocarbamide (PTC) dan 6-n-prophylthiouracil (PROP). Umumnya orang yang peka terhadap substansi tersebut sangat peka terhadap rasa pahit. Kondisi psikologis seseorang seperti mood, motivasi, bias, tingkahlaku, serta kondisi terlalu senang atau terlalu sedih dapat mempengaruhi kepekaan indera seseorang. Selain itu, kepekaan indra juga dapat menurunkarena rangsangan yang terus menerus atau terlalu tajam, misalnya cabai, patai, durian dan lain-lain (Guinan, 2006).

4.3. Troubel Shooting
Kesalahan relatif yang terdapat dalam praktikum ini adalah saat melakukan perhitungan waktu pada uji reaksi mungkin probandus agak telat menekan tombol yang menyala dan pada uji presepsi dua titik sentuh. 


BAB V
PENUTUP  


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil uji yang telah dilakukan bahwa kepekaan rangsangan seseorang dipengaruhi oleh jarak, jenis probandus (kurus,gemuk, laki-laki, perempuan, norma, atau minus) serta umur, faktor keturunan dan lokasi kepekaan misalnya tangan, lengan, betis, dan punggung hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kepekaan rangsangan. Kecepatan respon terhadap penghilangan warna yaitu paling cepat terdapat pada probandus mata normal laki dan mata minus perempuan.

5.2. Saran
  Perlu dilakukan pengulangan uji pada respon terhadap penghilangan warna karena data probandus laki-laki normal dan perempuan normal seharusnya sama dan lebih cepat dari probandus perempuan minus dan laki-laki minus.



DAFTAR PUSTAKA

Bickley, L.S., and Szilagyi, P.G. 2006. Physical Examination and History Taking, 9th
         ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Jacob, S. 2008.Human Anatomy: A Clinically-Orientated Approach. New York:
         Churchill Livingstone, Inc.

Kasper, D.L., et al., eds. 2005. Harrison's Principles of Internal Medicine, 16th ed. New
         York: McGraw-Hill Book Co.

Guinan, J.J. “Olivocochlear Efferents: Anatomy, Physiology, Function, and the Measurement
         of Efferent Effects in Humans,” . (2006).Ear & Hearing 27,589-607.

Guyton. 2007. Fisiologi, Anatomi, dan Mekanisme Penyakit Kedokteran. Jakarta : EGC.

Khaw, P. T., Shah, P., & Elkingkton, A. R. 2004. Fundamental of Human Physiologi.
         Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Monkhouse, W.S. 2007. Master Medicine: Clinical Anatomy, 2nd ed. New York:
        Churchill Livingstone, Inc.
Levi, D. M. (2005). Preceptual learning in adults with amblyopia: A reevaluation of critical periods
         in human vision. Development Physiologi 46, 222-232.

Porth C. M. (2005). Pathophysiology: Concepts of altered health states (7th ed.).
         Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Seeley, R.R., et al. 2007. Anatomy and Physiology, 8th ed. New York: McGraw-Hill Book Co.

Standring, S. Gray's. 2005. Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice, 39th ed. New
        York: Churchill Livingstone, Inc.

Wahl, I. 2006. Building Anatomy: An Illustrated Guide to How Structures Work. New 
        York: McGraw-Hill Book Co.

Terimakasih teman-teman sudah mampir dan membaca postingan di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat, untuk mendownload laporan versi full silahkan klik disini



No comments:

Post a Comment