LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM TEKNIK PEWARNAAN KAPANG SERTA KHAMIR

Hey teman-teman ini adalah postingan pertaman saya, maaf jika postingan ini kurang begitu bagus, tolong kritik dan sarannya ya teman-teman, bisa download full versi kawan terimakasih :)

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
TEKNIK PEWARNAAN KAPANG SERTA KHAMIR



Oleh :
Viol Dhea Kharisma
135090107111007
Kelompok 6A











LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015















                                                  Teknik Pewarnaan Khamir serta Kapang                                                                                                                 
                                                                      Viol Dhea Kharisma 
                                   Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 
                                                                     Universitas Brawijaya 


 ABSTRAK 
Khamir merupakan bagian dari kelompok kapang dan dibedakan dari hampir semua jamur yang lain oleh sifatnya yaitu bersel tunggal dan membelah diri secara bertunas. Kapang (Mold) adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada substrat mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Praktikum ini penting dilakukan karena untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pewarnaan pada preparat kapang dan khamir kemudain mengkarakterisasinya. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah kapang dan khamir di cuplik kemudian diurain hifanya lalu diwarnai dengan pewarna malakit hijau dan diamati pada mikroskop pada perbesaran 400x sampai 1000 x.Berdasarkan dari hasil pengamatan bahwa kebanyakan isolat yang didapatkan yaitu adalah isolat jamur Rhizopus sp karena jamur tersebut mudah tubuh di medium yang telah dibuat selain itu berbagai macam jamur hasil pembiakan juga didapatkan dan sesuai dengan semua isolat acuan beberapa karakter yang telah dimiliki. Struktur kapang dan khamir setelah diwarnai kebanyakan mampu menyerap zat warna yang telah di berikan karena zat warna yang telah di berikan mampu menembus dinding sel kapang dan khamir. Cara pewarnaan kapang dan khamir yaitu dengan cara mencuplik isolat murni kemudian menaruhnya di atas obyek glass dan ditetesi dengan pewarna. 

 Kata kunci : Isolat, Khamir, Kapang, Pewarnaan, Malakit Hijau




Staining Techniques Yeast and Fungus

Viol Dhea Kharisma
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 
University of Brawijaya



ABSTRACT
Yeast is a part of the mold and distinguished group of almost all other fungi by their very nature are single-celled and divide it sprout. Molds (Mold) is a multicellular fungi that have a filament, and growth on the substrate is easily seen because of the fibrous appearance like cotton. Practicum is important because to know how to do the coloring on fungi and yeast preparations kemudain mengkarakterisasinya. The method used in this lab is molds and yeasts in cuplik then diurain hifanya then colored with green malakit dye and observed under the microscope at 400x magnification to 1000 x.Berdasarkan from the observation that most of the isolates were obtained which are due to fungal isolates of the fungus Rhizopus sp easy body in a medium that has been made in addition to a variety of fungal culture results are also obtained and in accordance with all isolates reference some of the characters that have been held. Structure molds and yeasts after tinged most able to absorb the dye that has been given because the dye that has been given to penetrate the cell walls of fungi and yeasts. How to staining fungi and yeasts that is by pure isolates the thumbnail and then put it on the object glass and etched with the dye.

Keywords: Isolate, Yeast, Fungus, Tinting, Malakit Green



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
    Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif.  (Buchanan, 2003). 
         Khamir merupakan bagian dari kelompok kapang dan dibedakan dari hampir semua jamur yang lain oleh sifatnya yaitu bersel tunggal dan membelah diri secara bertunas. Pengetahuan yang perlu untuk mikrobiologi hanyalah pengetahuan tentang klasifikasi dalam genus dan spesies. Klasifikasi pada tingkat ini didasarkan atas kemampuannya membentuk spora, bentuk dan jumlah spora yang dihasilkan setiap askus, bentuk sel dan cara perbanyakan sel seperti pertunasan multipolar atau bipolar, pembentukan pseodomiselium dan berbagai ragam uji biokimia dan fisiologis seperti fermentasi gula dan asimilasi serta penggunaan nitrogen. Berdasarkan pada uji-uji tersebut diatas, para  ahli taksonomi khamir mengenal sekitar 40 genus khamir yang terdiri dari sekitar 400 spesies yang berbeda (Adam, 2001).
         Kapang (Mold) adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada substrat mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu jalinan yang disebut miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 µm (Burrows, 2004).
Berdasarkan dari hal yang telah dijelaskan sebelumnya maka praktikum ini sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui struktur dan teknik pewarnaan khamir dan kapang serta melakukan pembuatan sediaan apusan.

1.2 Rumusan Masalah
        Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah :
Bagaimana cara melakukan pewarnaan pada mikroorganisme seperti kapang dan khamir?
Bagaimanakah struktur kapang dan khamir setelah diwarnai ?

1.3 Tujuan
        Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu  mengetahui, proses pewarnaan struktur kapang dan khamir, bentuk-bentuk dan struktur kapang, dan khamir, pentingnya setiap langkah dalam prosedur pewarnaan dan memahami reaksi kimiawi di dalam prosedur tersebut. 

1.4 Manfaat
      Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah mahasiswa biologi mampu melakukan teknik pewarnaan dan mengetahui struktur pada khamir dan kapang. Selain itu hasil praktikum ini dapat di aplikasikan untuk mengidentifikasi suatu organisme kapang dan khamir serta mengklasifikasikannya berdasarkan ciri-ciri khusus yang didapatkan saat melakukan proses identifikasi.



BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur
    Jamur pada umumnya adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berkhlorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringan. Ada pula yang hanya terdiri dari satu sel.   Struktur jamur.  Walaupun jamur dapat dilihat, namun masing-masing sel adalah mikroskopik. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang disebut hifa. Jika jamur tumbuh, hifa saling membelit untuk membentuk massa benang yang disebut miselium yang cukup besar untuk dilihat dengan mata (Lim, 2006).


Gambar 2.1 Fungi (Jamur, 2012)

2.2 Kapang
2.2.1 Ciri-ciri
     Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Buchanan, 2003)
        Pada umumnya kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan pangan kurang dari 14-15%, misalnya pada beras dan serealia, dapat menghambat atau memperlambat pertumbuhan kebanyakan khamir Pada umumnya kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana hingga kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal amylase, pektinase, proteinase dan lipase, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid .Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30 0 C tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37 0 C atau lebih tinggi. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik dan beberapa bersifat termofilik (Colome, 2001).
        Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari hifa disebut dengan miselium. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang disebut miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang membedakan grup-grup didalam fungi. Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh dan hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan miselium. Sifat-sifat kapang baik penampakan makroskopik ataupun mikroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus). Dinding penyekat yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih bebas bergerak dari suatu ruangan ke ruangan lainnya (Cowan, 2004).
      Pertumbuhan kapang biasanya berjalan lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan khamir dan bakteri. Oleh karena itu jika kondisi pertumbuhan memungkinkan semua mikroorganisme untuk tumbuh, kapang biasanya kalah dalam kompetisi dengan khamir dan bakteri. Tetapi sekali kapang dapat mulai tumbuh, pertumbuhan yang ditandai dengan pembentukan miselium dapat berlangsung dengan cepat (Fardiaz, 2002).

Gambar 2.2 Struktur Kapang (Struktur kapang, 2009)

2.2.2 Jenis-jenis
         Kapang dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat. Septat akan membagi hifa menjadi bagian-bagian, dimana setiap bagian tersebut memiliki inti (nukleus) satu atau lebih. Kapang yang tidak memiliki sepat maka inti sel tersebar di sepanjang hifa. Dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang yang bersekat antara lain kelas Ascomycetes, Basidiomycetes  dan Deuteromycetes. Sedangkan kapang yang tidak bersekat yaitu kelas Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes) (Lim, 2006).

Gambar 2.3 Penampang Kapang (Kapang, 2011)

2.3 Khamir
2.3.1 Ciri-ciri
           Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikro. Biasanya berukuran 5 sampai 10 kali lebih besar dari bakteri. Beberapa jenis spesies umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae.Pertumbuhan khamir dapat terjadi secara unisel juga dapat melakukan perkembangan dengan pertunasan. Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi uniseluler berbentuk ovoid atau spheroid (Prescott, 2003).
        Khamir dapat tumbuh dalam media cair dan padat dengan cara yang sama seperti bakteri.  Khamir kebanyakan berkembangbiak secara aseksual atau pertunasan. Pertunasan yaitu suatu proses penonjolan protoplasma keluar dari dinding sel seperti pembentukan tunas, pembesaran, dan akhirnya pelepasan diri menjadi sebuah sel khamir baru. Mula-mula timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk. Gelembung ini secara bertahap membesar, dan setelah mencapai ukuran yang sama dengan induknya terjadi pengerutan yang melepaskan tunas dari induknya (Colome, 2001). 
Sel yang baru terbentuk selanjutnya akan memasuki tahap pertunasan kembali. Bagi kebanyakan khamir seperti Sacharomyces cerevisae, tunas dapat berkembang dari setiap bagian sel induk (pertunasan multipolar), tetapi bagi beberapa spesies hanya pada bagian tertentu saja. Pada khamir-khamir dengan pertunasan bipolar (spesies Hanseniaspora) pembentukasn tunas terbatas pada dua bagian sel yang berlawanan dan sel berbentuk jeruk (lemon) atau bentuk apikulatif. Pada spesies dari genusTrigonopsis, pertunasan terbatas pada tiga titik dari permukaan segitiga. Beberapa jenis khamir dapat berkembangbiak dengan pembelahan. Kisaran suhu untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umumnya hampir sama dengan kapang, yaitu suhu optimum 25 – 30 derajat celcius dan suhu maksimum 34 – 47 derajat celcius, tetapi beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0 derajat celcius. Kebanyakan khamir lebih cepat tumbuh pada pH 4,0 - 4,5 dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali, kecuali jika telah beradaptasi (Cowan, 2004).
      Khamir bersifat aerob yaitu mutlak memerlukan oksigen. Kecuali khamir yang bersifat fermentatif yang hidup dalam keadaan anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen bebas. Nutrisi yang diperlukan khamir untuk pertumbuhan yaitu nitrogen dalam bentuk sederhana atau kompleks misalnya dalam bentuk ammonia dan urea atau asam amino dan polipeptida. Khamir tidak berperan dalam penyakit yang ditularkan melalui makanan . Askospora (spora) khamir dapat dibunuh pada suhu 5 - 10oC lebih besar dari sel vegetatifnya. Sebagian besar askospora khamir terbunuh pada suhu 60oC selama 10 – 15 menit. Ada juga yang resisten pada keadaan tersebut tetapi pada umumnya tidak dapat hidup pada suhu 100oC. Sel khamir vegetatif terbunuh pada suhu 50oC - 58oC dalam waktu 10 – 15 menit. Spora mempunyai sel vegetatif khamir pada suhu terbunuh pada proses pasteurisasi pada suhu 62,8oC dalam waktu 30 menit atau pada suhu 71,7oC dalam waktu 15 detik (Suriawiria, 2005).


Gambar 2.4 Struktur Khamir (Anatomi khamir, 2001)

2.3.2 Jenis-jenis
      Kelompok yeast sejati pada dasarnya termasuk kedalam  kelas Ascomycetes, dengan ciri memiliki spora. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah berbagai spesies Saccharomyces, Schizosaccharomyces,  Zygosaccharomyces, Pichia, Hansenula, Debaryomyces dan Hanseniaspora. Sedangkan  pada kelompok jenis yeast sejati ini spesies yang umum digunakan dalam industri adalah Saccharomyces cerevisiae yaitu untuk  pembuatan  roti, minuman beralkohol, glyserol dan enzim invertase. Kelompok yeast liar tidak mempunyai spora. Yeast liar ini pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan dalam suatu fermentasi. Termasukdalam  kelompok yeast ini adalah Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula,Trichosporon dan Kloeckera (Ratna, 2000).

Gambar 2.5 Penampang Khamir (Struktur khamir, 2011)




BAB III
 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
     Praktikum dengan judul “Teknik Pewarnaan Khamir serta Kapang “yang dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015 hari Kamis pada pukul 07.00-10.35 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Teknik Pembuaatan Apusan
3.2.1 Sumber Biakan Koloni Mikroba Langsung Dari Sampel
Pertama, bahan disentrifuge terlebih dahulu, kemudiaan endapannya dibuat preparat. Kedua, bahan berupa endapan (pellet) hasil sentrifuge tersebut diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril kemudian digoreskan pada gelas obyek setipis mungkin. Gelas obyek dan gelas penutup sebelumnya dibersihkan dengan alcohol 70% sampai gelas bebas dari lemak. Ketiga, gelas obyek dipanaskan di atas nyala api lampu spiritus sambil diayunkan secukupnya (jarak preparat sampai nyala api kira-kira 20 cm), sampai preparat tersebut kering. Keempat, setelah kering jika diperlukan, formalin 1% di teteskan dan selanjutnya ditunggu selama 5 menit dan dikeringkan sekali lagi. Terakhir, setelah betul-betul kering, preparat siap dicat.

3.2.2 Bahan Dari Biakan Cair
Pertama, gelas obyek yang masih bersih dan steril diambil dan di bebaskan dari lemak dengan membersihkan menggunakan alkohol selanjutnya dipanaskan di atas nyala api spiritus. Kedua, biakan cair diambil (yang sebelumnya telah di homogenkan) dengan menggunakan ose steril, diratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-kira 1-2 cm. Terakhir, preparat yang sudah dibuat kemarin kemudian dikeringkan dan atau ditetesi dengan formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung.

3.2.3 Bahan Dari Media Pertumbuhan Padat
Pertama, gelas obyek yang masih bersih dan steril diambil, dibebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Kedua, diteteskan satu ose kaldu atau larutan garam fisiologi atau air steril pada gelas obyek tersebut, dengan ose steril, diambil satu koloni biakan dan diratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter 1 – 2cm. Ketiga, dicampur dengan kaldu tadi sampai homogeny kemudian ditipiskan. Terakhir, preparat yang sudah dibuat kemudian dikeringkan dan atau ditetesi formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung.

3.3 Teknik Pewarnaan Jamur 
        Pertama, gelas obyek dan gelas penutup dibersihkan dengan menggunakan etanol 70% hingga bebas lemak. Kedua, diteteskan sedikit larutan LCB di tengah permukaan gelas benda. Ketiga, koloni kapang diambil sedikit dibagian tepi media dan di taruh di permukaan gelas benda. Keempat, hifa kapang diuraikan secara hati-hati menggunakan dua jarum enten sambil diamati dengan menggunakan stereomikroskop. Kelima, sediaan kapang ditutup dengan menggunakan gelas penutup secara hati-hati dan diusahakan tidak ada gelembung udara dalam preparat. Keenam, dibersihkan kelebihan lactophenol dengan kertas hisap dan diamati menggunakan mikroskop pada perbesaran 10x dan 40x.



BAB IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Hasil
4.1.1 Data Hasil Pengamatan
Lebih lengkapnya bisa di download di full versi laporan

4.1.3 Intepretasi Data
         Pada isolat E1KI mempunyai struktur tubuh mirip dengan isolate acuan Aspergilus sp karena struktur tubuhnya terdiri atas chonidia chain, phialides, metulae, vesikulae, conidiospor. Ciri-ciri Aspergilus sp adalah hifa septat dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan umumnya hifa fertil, koloni berkelompok, konidiofora septet atau nonseptat, Konidiopora membengkak membentuk vesikel pada ujungnya, Sterigmata atau fialida biasanya sederhana, berwarna atau tidak berwarna, beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37 derajat celcius atau lebih, konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam (Ratna, 2000). Lalu pada isolate F1K2 mempunyai struktur yang persis dengan preparat acuan Rhizopus sp karena mempunyai struktur yang terdiri atas sporangium dan hifa. Isolat E1K1 mempunyai struktur yang mirip dengan jamur Rhizopus sp. karena terdiri atas rizoid, sporangium, dan stolon. Ciri-ciri Rhizopus adalah: hifa nonseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang wananya gelap jik sudah tua, Sporangiopora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisisberbentuk seerti cangkir, tidak mempunyai sporangiola, pertumbuhannya cepat, membentuk miselium seperti kapas, Pertumbuhannya seksual dengan membentuk zigospora, kapang bersifat heterotalik, dimana repoduksi seksual membutuhkan dua talus yang berbeda (Ratna, 2000). Selain itu didapatkan karakter atau ciri-ciri masing-masing jamur berdasarkan bentuk koloni, struktur atas, pigmen atas, pigmen bawah, dan pinggiran Ciri-ciri Penicilium sp adalah :  hifa septet, miselium bercabang biasanya berwarna,  konidiopore septet dan muncul bercabang atu tidak bercabang, kepala yang membawa spora berbentuk seperti sapu, dengan sterigma atau fialidamuncul dalam kelompok, Konodia membentuk rantai karena muncul satu persatu dari sterigmata, konidia waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiru – biruan ().Kapang dari jenis Fusarium sering tumbuh pada bahan pangan dan sulit untuk diidentifikasi karena penampakan pertumbuhannya bervariasi. Ciri-ciri spesifik kapang ini adalah terbentuknya makrokonidia yang berbentuk seperti pedang dan terdiri dari beberapa sel serta mungkin berwarna. Kadang-kadang juga terbentuk mikrokonidia yang terdiri dari satu sel berbentuk oval dan tumbuh secara terpisah atau membentuk rantai. Salah satu spesies Monascus yaitu M. purpurcus, membentkuk koloni yang menyebar dan berwarna merah atau ungu (Prescott, 2003). 
Candida albicans adalah  spesies cendawan  patogen dari golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies C. Albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan  rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya.  Cendawan  ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi (Cowan, 2004). 

4.2 Pewarna Lain untuk Kapang dan Khamir
          Metil biru merupakan pewarna thiazine yang kerap digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada akuarium.  Di beberapa tempat penggunaan bahan ini sudah semakin tidak populer karena diketahui mempunyai pengaruh buruk terhadap filtrasi biologi dan kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan lainnya  termasuk lem akuarium.  Diduga bahan inipun dapat berakibat buruk pada tanaman. Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan ichthyopthirius (white spot) dan jamur.  Selain itu,  juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan.  Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 – 2 persen (Fardiaz, 2002). 
        Pengamatan spora khamir menggunakan metode pewarnaan tahan asam atau Ziehl Neelsen (ZN). Pewarnaan ini menggunakan pewarna utama carbol fuksin yang berwarna merah. Askus yang berisi spora khamir akan tampak sebagai kumpulan yang sedikit berwarna kemerahan. Hal ini dikarenakan spora S. cerevisiae tersimpan dalam askus yang cukup kuat bertahan dari berbagai cekaman lingkungan seperti kekeringan dan asam. Oleh karena sifat askus ini, S. cerevisiae dapat diawetkan dalam bentuk ragi.S. cerevisiae memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara seksual dan aseksual. Cara aseksual yaitu dengan bertunas. Cara seksual yaitu dengan fusi (penggabungan) dua sel dengan mating type (tipe perkawinan) yang berbeda. S. cerevisiae memiliki mating type a dan α. Zigot hasil fusi ini kemudian akan membentuk 4 spora dalam askus. Normalnya askus ini berisi dari 2 spora a dan 2 spora α. Spora ini akan tumbuh menjadi sel kemudian berkembang dengan cara bertunas hingga terjadi fusi kembali (Colome, 2001).

4.3 Fungsi dan Struktur Kapang dan Khamir
      Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna putih, tetapi bila telah momproduksi spsra maka akan terbentuk brbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sofat-sifat kapang baik penampakan mikroskopik ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septet yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih,.dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum yqang tidak bertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang keruang lainnya. Kapang tidak berseptat intinya tersebar disepanjang septa (Prescott, 2003).
Kapang dapat hidup dalam keadaan sekitar yang tidak menguntungkan bila dibandingkan dengan mikroba lainnya. Adapun sifat-sofat fisiologi kapang antara lain. Semua kapang bersifat aerobic, artinya membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh baik pada pH yang luas, yaitu 2,0-8.5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan baik bila pada kondisi asam atau pH rendah (Prescott, 2003). 
          Bentuk khamir dapat berbentuk bulat oval, seperti jeruk, silindris, segitiga, memanjang seperti miselium sejati atau meselium palsu,ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu ujung runcing, segitiga melengkung, dan lain-lain. Bagian struktur yang terlihat adalah dinding sel, sitoplasma, vakuola, butir lemak, albumin, dan pati. Pewarnaan khusus akan membantu kita melihat intinya. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai struktur tambahan di bagian luarnya seperti flagella. Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar. Tipe endospora aseksual yang tahan panas seperti yang diproduksi bakteri Bacillus dan Clostridiumtidak dihasilkan oleh khamir. Ukuran dan bentuk sel dalam kultur yang sama mungkin berbeda karena pengaruh perbedaan umur dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan. Sel muda mungkin berbeda bentuknya dari yang tua karena adanya proses ontogeny, yaitu perkembangan individu sel. Contoh Khamir yang berbentuk apikulat umumnya berasal dari tunas berbentuk bulat sampai bulat oval yang terlepas dari induknya, kemudian tumbuh dan membentuk tunas sendiri (Colome, 2001).
          Seperti bakteri, sel-sel khamir mempunyai lapisan dinding luar yang terdiri dari polisakarida kompleks dan di bawahnya terletak membran sel. Sitoplasma mengandung suatu inti yang bebas (discreate nucleus) dan bagian yang berisi sejumlah besar cairan yang disebut vakuola (Cowan, 2004).

4.4 Struktur Kapang dan Khamir Selain Isolat Acuan
        Berikut merupakan contoh dari kapang . Dikenal pula dengan nama ilmiahnya Neurospora sitophila (dahulu Monilia sitophila).  Nama Neurospora berasal dari kata neuron ( sel saraf), karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson.   Jamur oncom termasuk dalam kelompok kapang (jamur berbentuk filamen).  Sebelum diketahui perkembangbiakan secara seksualnya, jamur oncom masuk ke dalam kelompok Deuteromycota, tetapi setelah diketahui fase seksualnya (teleomorph), yaitu dengan pembentukan askus, maka jamur oncom masuk ke dalam golongan Ascomycota (Colome, 2001).
           Jenis jamur ini (Neurospora sp.) di Jawa Barat mudah diperoleh dari oncom. Jamur ini dapat pula tumbuh subur pada tongkol jagung yang telah direbus dan diambil bijinya. Biarkan tongkol jagung itu selama beberapa hari, agar ditumbuhi Neurospora sp. dengan konidia yang berwarna jingga. Cara perkembangbiakan seksual jamur oncom, sehingga jamur oncom dimasukkan ke dalam Ascomycotina. Oleh karena itu, yang semula nama ilmiah jamur oncom itu Monilia sitophila diganti nama spe-siesnya menjadi Neurospora sitophila. Jika Neurospora sitophila jenis (+) bertemu dengan Neurospora sitophila jenis (-), maka terjadilah perkembang-biakan seksual kemudian terbentuklah askus yang berisi askospora. Askus-askus ini tubuh di dalam tubuh buah yang disebut peritesium . Tiap askus mengandung 8 askospora. Misellium septat, kemudian dapat pecah menjadi sel-sel yang terpisah. Miselium panjang dan bebas tumbuhdi atas permukaan  Hifa aerial membawa konidia yang bertunas, berbentuk oval dan berwarna merah jambu serta orange-merah serta membentuk rantai bercabang pada ujungnya (Cappuccino, 2000).
            Saccharaomyces cerevisiae adalah nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval. Saccharomyces cerevisiae mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari ,kapsul, dinding sel dinding sel khamir pada sel-sel yang muda sangat tipis, namun semakin lama semakin menebal seiring dengan waktu. Pada dinding sel terdapat struktur yang disebut bekas lahir (bekas yang timbul dari pembentukan oleh sel induk) dan bekas tunas (bekas yang timbul akibat pembentukan anak sel). Setiap sel hanya dapat memiliki satu bekas lahir, namun bisa membentuk banyak bekas tunas. Saccharomyces cerevisiae dapat membentuk 9 sampai 43 tunas dengan rata-rata 24 tunas per sel, dan paling banyak lahir pada kedua ujung sel yang memanjang. 3. membran sitoplasma,nucleus vakuola mitokondria globula lipid (Burrows, 2004). 
             Saccharomyces cerevisiae mengandung lipid dalam jumlah sangat sedikit. Lipid ini disimpan dalam bentuk globula yang dapat dilihat dengan mikroskop setelah diberi pewarna lemak seperti hitam sudan atau merah sudan. Saccharomyces cerevisiae berkembang biak dengan cara berikut: . Pertunasan multipolar, dimana tunas muncul dari sekitar ujung sel. Pembelahan tunas, yaitu gabungan antara pertunasan dan pembelahan. Pada proses ini mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat melekatnya tunas pada sel induk relatif besar, kemudian terbentuk septa yang memisahkan tunas dari induk selnya. Pada Saccharomyces, areal tempat melekatnya tunas pada induk sedemikian kecilnya sehingga seolah tidak pernah terbentuk septa (tidak dapat dilihat oleh mikroskop biasa) 3.Pembentukan askospora. Pada khamir diploid seperti Saccharomyces cerevisiae, meiosis dapat terjadi langsung dari sel vegetatif. Spora berbentuk bulat atau oval dengan permukaan halus (Adam, 2001).
         Saccharomyces cerevisiae berfungsi dalam pembuatan roti dan bir, karena Saccharomyces bersifat fermentatif (melakukan fermentasi, yaitu memcah glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol) kuat. Namun, dengan adanya oksigen, Saccharomyces juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air (Suriawiria, 2005).
Gambar 4.15 Jamur Oncom (Oncom,2011)

Gambar 4.15 Saccaromyces cerevisiae (Khamir, 2013)

4.5 Troubel Shooting
     Kesalahan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pada saat proses penguraian hifa banyak hifa yang hancur karena kesalahan tersebut akibatnya struktur kapang dan khamir tidak dapat diamati dengan jelas dibawah mikroskop.



BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
        Berdasarkan dari hasil pengamatan bahwa kebanyakan isolat yang didapatkan yaitu adalah isolat jamur Rhizopus sp karena jamur tersebut mudah tubuh di medium yang telah dibuat selain itu berbagai macam jamur hasil pembiakan juga didapatkan dan sesuai dengan semua isolate acuan beberapa karakter yang telah dimiliki. Struktur kapang dan khamir setelah diwarnai kebanyakan mampu menyerap zat warna yang telah di berikan karena zat warna yang telah di berikan mampu menembus dinding sel kapang dan khamir. Cara pewarnaan kapang dan khamir yaitu dengan cara mencuplik isolat murni kemudian menaruhnya di atas obyek glass dan ditetesi dengan pewarna.

5.2 Saran
    Perlu dilakukan penjelasan mengenai teknik penguraian hifa karena mengacu pada trouble shooting yang terjadi karena akibat ketidak mampuan mengurai hifa secara benar.



DAFTAR PUSTAKA

Adam,MR.2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science Publisher,Ltd. New York.

Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003.  Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The William & Wilkins Company Baltimore.USA.

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc. California.

Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing  Company.New York.

Cowan,ST. 2004.  Manual for the Identification of Medical Fungi. Cambridge University Press. London.

Fardiaz,Srikandi.2002. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta

Lim,D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill. New York.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.

Ratna, Siri .2000. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium. PT Gramedia,Jakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.












No comments:

Post a Comment