Laporan Anatomi Fisiologi Hewan Termoregulasi

Terimakasih teman-teman sudah mampir dan membaca postingan di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat, untuk mendownload laporan versi full silahkan klik disini


LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI HEWAN


TERMOREGULASI

Oleh :
Viol Dhea Kharisma
135090107111007







LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014




TERMOREGULASI

Viol Dhea Kharisma
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 
Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Suhu tubuh merupakan derajat panas. Pemeliharaan suhu tubuh adalah hasil dari proses metabolisme, dimana bahan pangan diubah menjadi protein, karbohidrat, dan lemak dengan pelepasan energi dalam bentuk panas. Karena otot-otot aktif memetabolisme makanan lebih cepat dari pada otot saat istirahat, memberikan lebih banyak panas dari dalam proses, aktivitas fisik meningkatkan suhu tubuh. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari termoregulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Manfaat yang dapat diambil sesudah melakukan praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui mengenai mekanisme termoregulasi pada tubuh makhluk hidup serta dapat menjadi bahan rujukan saat melakukan riset dengan topik termoregulasi. Metode yang digunakan dalam praktikum ini sangat sederhana yaitu mengukur suhu tubuh yang dilakukan di bagian-bagian tertentu pada tubuh yang dilakukan dengan berbagai tahap. Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu kerja jasmani/aktivitas fisik, jenis kelamin. Termoregulasi merupakan mekanisme pengaturan suhu oleh termostat tubuh yang berupa hipotalamus. 

Kata kunci : Panas, Suhu, Mekanisme Pengaturan Suhu  ,Termoregulasi 




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan intgrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat. Pengaturan suhu tubuh (termogulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis, dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin dan hewan berdarah panas (Bickley, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh terdiri atas variasi diurnal, kerja jasmani/ aktivitas fisik, jenis kelamin, dan lingkungan. Konsep core temperature merupakan dua bagian pengaturan suhu yaitu bagian dalam pengaturan suhu yang bagian dalam inti suhu tubuh, yang benar-benar mempunyai suhu rata-rat 37 derajat celsius dengan diukur pada daerah (mulut, membran timpani, vagina, esophagus/Tr) (Guyton, 2007).
Tubuh mengambil peran yang sangat aktif dalam pengaturan suhu, suhu tubuh diatur oleh tingkat dimana panas yang terpencar adri kulit dan oleh penguapan air. Proses tersebut diregulasi oleh mekanisme umpan balik saraf yang beroperasi terutama melalui hipotalamus. Hipotalamus tidak hanya mengandung mekanisme kontrol, tetapi jaga kunci sensor satu, di bawah mekanisme kontrol ini, berkeringat dimulai hampir tepat suhu kulit bersuhu 37oC dan meningkat dengan cepat jika suhu kulit meningkat di atas nilai ini. Berkeringat (penguapan melalui pori-pori di dalam mulut) merupakan regulator suhu umum. Produksi panas tubuh pada kondisi ini tetap hampir konstan karena suhu kulit meningkat. Jika suhu kulit turun dibawah normal berbagai respon mulai dilakukan untuk menjaga panas dalam tubuh dan meningkatkan produksi tanah (Khaw, 2004).
Berdasarkan dari beberapa hal yang telah dijelaskan semua maka pentingnya dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui mekanisme termoregulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi.

1.2. Rumusan Masalah
     Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah :
Bagaima mekanisme termoregulasi yang terjadi pada probandus yang diuji dalam praktikum kali ini ?
Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ?

1.3. Tujuan
     Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui bagimana mekanisme termoregulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.

1.4. Manfaat
     Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah mahasiswa biologi dapat mengetahui mekanisme termoregulasi pada tubuh yang berfungsi untuk merespon keadaan lingkungan, selain itu hasil dari praktikum ini juga bermanfaat untuk penelitian medis mengenai aktivitas sel limfosit memproduksi pirogen saat terjadi patogenitas dari orthoneovirus, karena pirogen mempengaruhi mekanisme termoregulasi yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh lebih dari batas normal sehingga mengakibatkan demam, jadi dengan mempelajari mekanisme termoregulasi saat siklus normal maka dapat digunakan untuk membuat obat penurun demam .


BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Termoregulasi
2.2.1 Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh 
        Ada dua mekanisme tubuh untuk keadaan dingin yaitu : pertama, secara fisik (prinsif-prinsif ilmu alam) yaitu pengaturan atau reaksi yang terdiri dari perubahan sirkulasi dan tegaknya bulu-bulu badan (piloerektion)-erector villi. Kedua, secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas metabolisme. Pengaturan secara fisik Dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, vasokontriksi pembuluh darah (cutaneus vasokontriksi), pada reaksi dingin aliran darah pada jari-jari ini bias berkurang + 1% dari pada dalam keadaan panas. Sehingga dengan mekanisme vasokontriksi maka panas yang keluar dikurangi atau penambahan isolator yang sama dengan memakai 1 rangkap pakaian lagi.Kedua limit blood flow slufts (perubahan aliran darah), pada prinsipnya yaitu panas/temperature inti tubuh terutama akan lebih dihemat (dipertahankan) bila seluruh anggota badan didinginkan. Pengaturan suhu tubuh secara kimia sebagai berikut pada keadaan dingin, penambahan panas dengan metabolisme akan terjadi baik secara sengaja dengan melakukan kegiatan otot-otot ataupun dengan cara menggigil. Menggigil adalah kontraksi otot secara kuat dan lalu lemah bergantian, secara synkron terjadi kontraksi pada group-group kecil motor unit alau seluruh otot. Pada menggigil kadang terjadi kontraksi secara simultan sehingga seluruh badan kaku dan terjadi spasme. Menggigil efektif untuk pembentukan panas, dengan menggigil pada suhu 5 derajat Celcius selama 60 menit produksi panas meningkat 2 kali dari basal, dengan batas maximal 5 kali (Monkhouse, 2007).
       Pengaturan suhu tubuh dalam keadaan panas dilakukan secara fisik dan keringat.Pertama, fisik terjadi penambahan aliran darah permukaan tubuh,aliran darah maximum pada anggota badan, perubahan (shift) dari venus return ke vena permukaan proses ini terutama efektif pada keadaan temperature kurang/dibawah 34 derajat Celcius. penambahan penambahan konduktivitas panas (thermal dan aliran darah konduktiviti). Kedua secara keringat yaitu pada temperature diatas 340 C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan radiasi, dimana pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi. mekanisme panas yang dipakai dalam keadaan ini dengan cara penguapan (evaporasi). Gerakan kontraksi pada kelenjar keringat, berfungsi secara keringat dan periodic memompa tetesan cairan keringat dari lumen permukaan kulit merupakan mekanisme pendingin yang paling efektif (Levi, 2005).

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
       Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu yang pertama kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. Kedua, rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan nonrepineprin yang meningkatkan metabolisme. Ketiga,hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. Keempat, malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh (Porth, 2005).

2.2.3 Organ Pengatur Suhu Tubuh
      Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh, dengan menerima informasi dari berbagai bagian tubuh di kulit. Penyesuaian dikoordinasi dengan sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk mengorekasi setiap penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal. Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01ÂșC. Hipotalamus terus-menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor (reseptor hangat, dingin dan nyeri di perifer). Reseptor suhu sangat aktif selama perubahan temperatur. Sensasi suhu primer diadaptasi dengan sangat cepat. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus serta di susunan syaraf pusat dan organ abdomen, di hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu, yaitu di regio posterior dan anteror. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Sedang, regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu refleks yang memperantarai pengurangan panas (Seeley, 2007).




BAB III
 METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dengan judul “TERMOREGULASI“yang dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2014 hari Selasa pada pukul 15.00-16.40 di Laboratorium Fisologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah  termometer

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mengetahui Lokasi Pengecap
Pertama, suhu tubuh diukur yaitu pada daerah mulut, axsial, dan skrotum sebelum dan setelah melakukan aktifitas (lari ditempat selama 5 menit dan merokok/bila ada) serta setelah beristirahat (15 menit setelah beraktivitas). Kedua, dibahas data hasil percobaan tersebut kemudian dibandingkan suhu tubuh sebelum dan sesudah aktivitas. Terakhir, suhu tubuh dibandingkan berdasarkan jenis kelamin dan perokok.


BAB IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Prosedur
Pertama, suhu diukur pada daerah mulut, axial, dan skrotum sebelum dan setelah melakukan aktifitas (lari ditempat selama 5 menit dan merokok/bila ada) serta beristirahat (15 menit setelah beraktifitas) hal tersebut bertujuan untuk mengetahui variasi suhu yang terjadi sebelum dan sesudah melakukan aktifitas dan dapat digunakan untuk mengetahui TMB (Temperature Mean Body), kemudian dibahas, dibandingkan suhu tubuh sebelum dan sesudah aktivitas untuk mengetahui seberapa besar suhu yang dihasilkan, kemudian terakhir suhu tubuh dibandingkan berdasarkan jenis kelamin dan perokok. Fungsi dari temometer yang digunakan adalah untuk mengukur suhu pada masing-masing probandus.

4.2. Analisis Hasil
4.2.1. Tabel Hasil Percobaan
Terimakasih teman-teman sudah mampir dan membaca postingan di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat, untuk mendownload laporan versi full silahkan klik disini

4.2.2. Intepretasi Data
         Pada probandus laki-laki gemuk suhu di mulut, aksial atas, aksial bawah dan anus sebelum aktivitas adalah sebesar 33, 36, 36,4 34,1oC dan setelah beraktivitas bersuhu 31,1 ,35, 36, 31,7. Pada probandus laki-laki kurus suhu awal sebelum aktivitas di mulut, aksial atas, aksial bawah, anus, adalah sebesar 34,5 ,36, ,35, 36 oC dan setelah beraktivitas bersuhu 32, 35, 33, 34,5 oC. Pada probandus perempuan gemuk suhu sebelum aktivitas pada mulut, aksial atas, aksial atas, aksial bawah dan anus yaitu 33,6 ,35,9, 33,6 ,35,8 oC dan suhu sesudah aktivitasi adalah 32,4 ,35,1 ,33,5 ,35,6 oC. Pada probandus perempuan kurus suhu awal sebelum aktivitas pada mulut, aksial atas, aksial bawah, dan anus sebesar 35,5 ,36, 35,2 ,36,4 oC dan suhu setelah aktivitas yaitu sebesar 33,8 , 35,6 , 34,5 , 36,3 oC. Pada probandus perempuan menstruasi suhu awal sebelum aktivitas di mulut, aksial atas, aksial bawah, dan anus adalah 34,5 ,34,7 ,35,5 ,35,9 oC dan suhu setelah melakukan aktivitas yaitu sebesar 34,1 ,35,2 , 36,4 , 36,3 oC. Pada probandus laki-laki perokok suhu awal atau sebelum aktivitas di mulut, aksial atas, aksial bawah, dan anus yaitu sebesar 33,8 ,36, 35,6 ,34,3 oC dan suhu setelah aktivitas adalah 32 ,36,5 ,36,6 ,35. Jadi temperatur suhu tubuh rata-rata sebelum melakukan aktivitas pada semua probandus yaitu 34,43 ,47,63 ,34,72, 35,83, 35,67, 34,62 oC dan suhu tubuh rata-rata sesudah aktivitas adalah 32,75 , 33,5, 34,09, 35,05, 35,398 , 34,50 oC.      
4.2.3. Mekanisme Penyeimbangan Suhu Tubuh
       Apabila suhu badan tinggi, termoreseptor akan mentransfer suhu pada kulit, di otak, hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat untuk mengatur suhu darah yang melaluinya, mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan koordinasi tubuh. Mekanisme koreksi apabila suhu badan tinggi yang pertama adalah vasodilasi yaitu pembuluh darah mengembang untuk berdekatan dengan kulit (lingkungan luar) yang memungkinkan panas dibebaskan keluar. Kedua, bulu kulit ditegaskkan untuk mengurangi udara yang terperangkap pada kulit supaya panas mudah dibebaskan karena udara adalah konduktor panas yang baik. Bulu kulit diatur oleh otot erektor. Ketiga lebih banyak darah pada kulit (kulit kelihatan merah) - Memudahkan panas darah terbebas keluar melalui proses penyinaran. Keempat, berpeluh - Air keringat yang dirembes oleh kelenjar keringat mempunyai panas pendam tentu yang tinggi dapat menyerap panas yang tinggi dan terbebas ke lingkungan sekitar apabila air peluh menguap. Apabila suhu tubuh rendah, termoreseptor akan menaikkan suhu pada kulit, di otak hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat mengatur suhu darah yang melaluinya, mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan koordinasi badan (Guyton, 2007). 
       Mekanisme koreksi apabila suhu badan rendah adalah pertama, asokonstriksi yaitu pembuluh darah menyempit untuk menjauhi kulit agar panas tak banyak keluar ke lingkungan sekitar.Kedua, bulu kulit ditegakkan agar lebih banyak udara yang terperangkap pada kulit supaya panas sukar dibebaskan karena udara adalah konduktor panas yang baik. Bulu kulit diatur oleh otot erektor. Kurang darah pada kulit (Kulit kurang kelihatan kemerahan atau pucat) - Kurang mengalami proses penyinaran untuk mencegah panas terbebas keluar lingkungan. Kurangnya keringat - Saat kurang air keringat dirembeskan oleh kelenjar peluh maka panas tak banyak dibebaskan melalui penguapan air peluh (Wahl, 2006).

4.3. Trouble Shooting
Kesalahan relatif yang terjadi dalam praktikum ini adalah ketika menentukan hasil dari ∆TMB hasilnya minus hal tersebut menunjukkan terjadi kesalahan saat melakukan pengukuran suhu pada bagian mulut, aksial atas, aksial bawah, dan anus baik suhu sebelum aktivitas maupun sesudah aktivitas.



BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan adalah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ialah aktivitas fisik/kerja jasmani karena setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka, jenis kelamin karena sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita namun saat wanita tersebut sedang mengalami haid maka suhu wanita dapat lebih tinggi daripada pria, dan lingkungan karena suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh dan termoregulasi merupakan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang dilakukan oleh termostat tubuh yaitu hipotalamus.

5.2. Saran
Perlu dilakukan penjelasan ulang mengenai bagaimana cara mengukur suhu sebelum aktivitas dan sesudah aktivitas karena berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang dilaksanakan datanya tidak relevan.



DAFTAR PUSTAKA

Bickley, L.S., and Szilagyi, P.G. 2006. Physical Examination and History Taking, 9th
         ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Guyton. 2007. Fisiologi, Anatomi, dan Mekanisme Penyakit Kedokteran. Jakarta : EGC.

Khaw, P. T., Shah, P., & Elkingkton, A. R. 2004. Fundamental of Human Physiologi. 
          Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Monkhouse, W.S. 2007. Master Medicine: Clinical Anatomy, 2nd ed. New York: 
         Churchill Livingstone, Inc.

Levi, D. M. (2005). Preceptual learning in adults with amblyopia: A reevaluation of critical periods 
         in human vision. Development Physiologi 46, 222-232.

Porth C. M. (2005). Pathophysiology: Concepts of altered health states (7th ed.). 
         Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Seeley, R.R., et al. 2007. Anatomy and Physiology, 8th ed. New York: McGraw-Hill Book Co.

Standring, S. Gray's. 2005. Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice, 39th ed. New 
         York: Churchill Livingstone, Inc.

Wahl, I. 2006. Building Anatomy: An Illustrated Guide to How Structures Work. New 
         York: McGraw-Hill Book Co.

Terimakasih teman-teman sudah mampir dan membaca postingan di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat, untuk mendownload laporan versi full silahkan klik disini



No comments:

Post a Comment