Terimakasih kawan sudah mampir di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat ya, jika ingin mendownload laporan versi full dapat klik disini
LAPORAN HISTOLOGI HEWAN
SISTEM PENCERNAAN
Oleh
Nama : Viol Dhea Kharisma
Kelas : Biologi A
NIM : 135090107111007
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Sistem dalam tubuh merupakan kesatuan dari berbagai jaringan yang mempunyai spesialisasi yang berbeda, dalam hal ini spesialisasi bentuk, ukuran namun memiliki tujuan yang sama yaitu mendukung berlangsungnya kerja dari satu sistem organ tubuh. Sistem-sistem dalam tubuh yang saling berkoordinasi akan dapat mempertahankan keseimbangan dalam tubuh atau homeostasis dalam tubuh sehingga suatu organisme dapat bertahan hidup (Rutland,1976).
Sistem pencernaan merupakan sekumpulan organ yang saling berkoordinasi untuk melaksanakan proses pencernaan sehingga tubuh dapat memperoleh energi dari proses metabolisme. Sistem perncernaan pada manusia dimulai dari mulut hingga tempat pembuangan feses yaitu anus. System pencernaan memiliki serangkaian organ berbentuk buluh dengan kelenjarnya yang melaksanakan fungsi untuk memecah makanan yang masuk menjadi unti-unit kecil, agar dapat diserap jaringan untuk mempertahankan kehidupan organisme. Sistem reproduksi merupakan suatu sistem yang pada dasarnya berfungsi untuk menghasulkan keturunan, sehingga suatu generasi dapat dipertahankan dan tidak punah. Sistem reproduksi pada pria dan wanita berbeda, namun keduanya menghasilkan hormon seks dan sel gamet yang berfungsi pada saat fertilisasi. Sstem percernaan jika dilihat dari histologinya dimulai dari lumen sampai ke permukaan terdiri atas, Tunika mucosa (lapisan lendir), dengan bagian: epitel, lamina propia, dan muscularis mucosa, Tunika submucosa, Tunika muscularis (lapisan otot) dengan bagian: sirkuler, (melingkar) dan longitudinal (memanjang. Tunika adventitia (atau tunika serosa).Tiap bagian pencernaan pada umumnya mengandung kelenjar yang menggetahkan lendir. Lendir itu berisi enzim untuk mencernakan makanan secara kimia. Kelenjar itu ada dalam tunica mucosa, ada pula dalam tunica submucosa (Campbell,1997).
Usus halus disebut juga dengan intestine atau intestinum tenue. Terdiri dari 3 daerah yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Seperti halnya lambung, histologi usus halus juga terdiri dari 4 lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muscularis, dan tunika serosa. Permukaan dalam usus juga diperluas dengan adanya tonjolan-tonjolan dalam sirkuler (plica sirkulares). Tonjolan ini memiliki jonjot halus yang disebut villus (jamak: villi). Satu villus mengandung percabangan halus pembuluh darah dan pembuluh limfa. Tunika mukosa pada usus halus terdiri dari sel goblet dan sel batang. Sel goblet berbentuk bulat gembung seperti kendi atau lonceng, menggetahkan lendir tanpa mengandung enzim. Sel batang bermikrovilli, yang berfungsi untuk mengasorpsi makanan. Tunika submukosa tersusun atas serat kolagen, elastis dan retikulosa, banyak mengandung pembuluh darah dan simpul saraf Meissner. Pada lapisan ini, pada daerah duedenum terdapat kelenjar Bunner. Tunika muscularis terdiri dari dua lapisan otot polos. Sebelah luar letaknya longitudinal, sebelah dalam sirkuler. Diantara kedua lapisan ini terdapat simpul Auerbach.Tunika serosa terdiri dari mesothelium serta jaringan ikat, sebagai penerusan lapisan perithoneum (Marieb, 2004). Daerah duodenum, villi membentuk daun menjari yang berlapis-lapis. Di daerah jejenum, villi lebih pendek daripada di daerah duodenum. Pada ileum villi paling pendek dan membentuk jari. Pada bagian ini terdapat banyak nodul limfa dan membentuk kelompok yang disebut bercak Peyer(Campbell,1997).
Usus besar atau intestinum crassum terdiri dari 4 bagian yaitu caecum (usus buntu), appendiks (umbai cacing), colon (usus besar) dan rektum (poros usus). Pada persambungan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu empang berbentuk cincin. Jaringan penyusun usus besar terdiri dari Tunika mucosa yang tidak memiliki villi. Jaringan epitel terdiri atas sel-sel batang yang pada puncaknya terdapat banyak microvilli. Membran sel ke arah lumen diselaputi oleh kutikula. Kelenjar yang terdapat pada usus besar yaitu kelenjar Lieberkuhn. Kelenjar ini berbentuk panjang dan banyak mengandung sel goblet. Kelenjar pada usus besar mengandung sel goblet, sel Paneth, dan sel APUD. Namun yang dominan adalah sel goblet. Sel Paneth sukar ditemukan. Sedangkan sel APUD terdapat cukup banyak. Pada usus besar, terdapat banyak lamina propia yang mengandung nodul limfa dan menerobos masuk menuju ke tunika submukosa (Mader,1998).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengenal struktur jaringan penyusun sistem pencernaan yaitu jaringan penyusun usus halus serta hati.
Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu dapat membantu mahasiswa biologi mempelajari peranan dan struktur jaringan penyusun sistem pencernaan seperti jaringan penyusun usus halus serta hati dan dapat dimanfaatkan dalam riset mengenai patohistologi.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.1 Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jaringan penyusun hati terdiri atas, sel hepatic, interlobular septum, sinusoid, vein portal, bile duct.
Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi. Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati dan melakukan berbagai fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi oleh jaringan mesenkimal secara terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi peningkatan transkripsimRNAalbumin sebagai stimulan proliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit. Lumen lobus terbentuk dari SEC dan ditempati oleh 3 jenis sel lain, seperti sel Kupffer, sel Ito, limfosit intrahepatik seperti sel pit. Sel non-parenkimal menempati sekitar 6,5% volume hati dan memproduksi berbagai substansi yang mengendalikan banyak fungsi hepatosit. Filtrasi merupakan salah satu fungsi lumen lobus sinusoidal yang memisahkan permukaan hepatosit dari darah, SEC memiliki kapasitas endositosis yang sangat besar dengan berbagai ligan seperti glikoprotein, kompleks imun, transferin dan seruloplasmin. SEC juga berfungsi sebagai sel presenter antigen yang menyediakan ekspresiMHC I dan MHC II bagi sel T. Sekresi yang terjadi meliputi berbagai sitokina, eikosanoid seperti prostanoid dan leukotriena, endotelin-1, nitrogen monoksida dan beberapa komponen ECM. Sel Ito berada pada jaringan perisinusoidal, merupakan sel dengan banyak vesikellemak di dalam sitoplasma yang mengikat SEC sangat kuat hingga memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat hati berada pada kondisi normal, sel Ito menyimpan vitamin A guna mengendalikan kelenturan matriks ekstraselular yang dibentuk dengan SEC, yang juga merupakan kelenturan dari lumen sinusoid. Sel Kupffer berada pada jaringan intrasinusoidal, merupakan makrofaga dengan kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangkan. Sel Kupffer sehari-hari berinteraksi dengan material yang berasal saluran pencernaan yang mengandung larutan bakterial, dan mencegah aktivasi efek toksin senyawa tersebut ke dalam hati. Paparan larutan bakterial yang tinggi, terutama paparan LPS, membuat sel Kupffer melakukan sekresi berbagai sitokimia yang memicu proses peradangan dan dapat mengakibatkan cedera pada hati. Sekresi antara lain meliputi spesi oksigen reaktif, eikosanoid, nitrogen monoksida, karbon monoksida, TNF-α, IL-10, sebagai respon kekebalan turunan dalam fase infeksi primer.Sel pit merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang bermukim di hati. Sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel tumor tanpa bergantung pada ekspresiantigen pada kompleks histokompatibilitas utama. Aktivitas sel pit dapat ditingkatkan dengan stimulasi interferon-γ. Selain itu, pada hati masih terdapat sel T-γδ, sel T-αβ dan sel NKT(Rutland, 1976).
2.2 Jaringan Penyusun Usus Halus
2.2.1 Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa jaringan penyusun usus halus terdiri atas tunika serosa,tunika muskularis,jaringan sub mukosa,lamina propia dan vili. Usus halus relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini memungkinkan kontak yang lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum, dan ileum. Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar- kelenjar intestinal mempunyai epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel toraks (absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin. Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang mengalami spesialisasi yang dinamakan ”striated border” yang tersusun atas mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang penting karena sangat menambah permukaan kontak usus halus dengan makanan. Striated border merupakan tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus. Enzim ini terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida, sehingga mudah diabsorbsi. Di tempat yang sama diduga terdapat enzim dipeptidase yang menghidrolisis dipeptida menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks usus halus lebih penting adalah mengabsorbsi zat- zat sari-sari yang dihasilkan dari proses pencernaan. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih sedikit dalam duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan glikoprotein asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas usus halus. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan sel eksokrin serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan memegang peranan dalam mengawasi flora usus halus. Sel-sel endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara lain: sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi cairan pankreas dan bikarbonat. Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi enzim pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh sistem saraf dan hormon-hormon peptida. Lamina propria sampai serosa. Lamina propria usus halus terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh darah dan limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat di bawah membrana basalis, terdapat lapisan kontinyu sel-sel limfoid penghasil antibodi dan makrofag, membentuk sawar imunologik pada daerah ini. Lamina propria menembus ke dalam inti vili usus, bersama dengan pembuluh darah dan limfe, saraf, jaringan penyambung, miofibroblas, dan sel-sel otot polos. Bercak PEYERI (Peyer’s path).Submukosa pada bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang disebut kelenjar duodenum (Brunner), yang berfungsi menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim penkreas. Sel-sel kelenjar Brunner mengandung uragastron yaitu suatu hormon yang menghambat sekresi asam klorida lambung. Disamping kelenjar duodenum, submukosa usus halus sering mengandung nodulus limfatikus. Pengelompokkan nodulus ini membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer (Mader,1998 ).
Pembuluh darah yang memberi makan usus halus dan berperanan menyingkirkan hasil-hasil pencernaan yang diabsorpsi menembus lapisan otot dan membentuk pleksus yang luas dalam submukosa. Dari submukosa, cabang- cabangnya meluas ke lapisan otot, lamina propria, dan vili. Tiap-tiap vilus menerima, menurut ukurannya, satu cabang atau lebih yang membentuk jala-jala kapiler tepat di bawah epitel. Pada ujung vili, terbentuk satu venula atau lebih dari kapiler-kapiler tersebut dan berjalan dengan arah yang berlawanan, mencapai vena- vena pleksus submukosa. Pembuluh-pembuluh limfe usus halus mulai sebagai tabung buntu dalam inti vili. Struktur ini, di samping lebih besar dari kapiler darah, sukar ditemukan karena dindingnya seringkali kolaps. Pembuluh-pembuluh ini berjalan ke daerah lamina propria di atas muskularis mukosae, di mana mereka membentuk pleksus. Dari sisi ini mereka menuju ke submukosa, dimana mereka mengelilingi nodulus limfe. Pembuluh-pembuluh ini beranastomosis dengan cepat dan meninggalkan usus halus bersama dengan pembuluh darah. Persarafan usus halus terutama dibentuk oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Komponen intrinsik dibentuk oleh kelompokan neuron-neuron yang membentuk pleksus mesenterikus (Auerbach), terdapat antara lapisan otot luar longitudinal dan lapisan otot dalam yang sirkuler dan pleksus submukosa (Meissner) dalam lapisan submukosa. Pleksus-pleksus mengandung beberapa nauron sensoris yang menerima informasi dari ujung-ujung saraf dekat lapisan epitel dan dalam lapisan otot polos mengenai susunan isi usus halus (kemoreseptor) dan dinding usus halus (mekanoreseptor). Sel-sel saraf lain adalah efektor dan mempersarafi lapisan otot dan sel-sel yang mengsekresi hormon. Persarafan intrinsik yang dibentuk oleh pleksus-pleksus ini bertanggung jawab akan kontrakasi usus halus yang terjadi pada keadaan di mana persarafan ekstrinsik tidak ada sama sekali (total). Persarafan ekstrinsik dibentuk oleh serabut-serabut saraf kolinergik parasimpatis preganglionik yang merangsang aktivitas otot polos usus halus dan oleh serabut-serabut saraf adrenergik simpatis postganglionik yang menekan aktivitas otot polos usus halus. Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabrsorpsi. Pencernaan lipid terutama terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Pada manusia, sebagian besar absorpsi lipid terjadi dalam duodenum dan jejenum bagian atas. Asam-asam amino dan monosakarida yang berasal dari pencernaan protein dan karbohidrat diabsorpsi olah sel-sel epitel oleh transport aktif tanpa korelasi morfologis yang dapat dilihat. Proses lain yang mungkin penting akan fungsi usus halus adalah pergerakan berirama vili. Ini akibat kontraksi dari 2 sistem sel yang terpisah. Sel-sel otot polos berjalan vertikal antara muskularis murkosae dan ujung vili dapat berkontrkasi dan memperpendek vili (Duval, 1959).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, bahwa jaringan penyusun duodenum terdiri atas tunika serosa, tunika muskularis, jaringan sub mukosa, lamina propia, dan vili, jaringan penyusun hati terdiri atas sel hepatic, interlobular septum, sinusoid, vein portal, dan bile duct. Dalam vili pada jaringan penyusun doudenum terdapat pembulu kapiler yang berfungsi unruk menyerap sari – sari makanan dalam makanan yang dicerna, dalam hati terdapat sel Kuffer dan sel Pit yang fungsinya adalah berperan aktif dalam sekresi sitokimia serta berperan dalam penyimpanan vitamin A.
3.2 Saran
Perlu dilakukan penjelasan ulang mengenai perbedaan yang mendasar mengenai jaringan penyusun usus halus dengan jaringan penyusun hati.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. 1997. Biology.Fourth Edition. California : The Benjamin Publishing Inc.
Carneiro.2005. Basic Histology.New York: McGraw-Hill.
Duval, Ellen Neal. 1959. The Anatomy. New York: Prentice-Hall, Inc.
Glenn , and Susan Toole. 1999. New Understanding Biology. London: Stanley Thornes.
Bardelli A, Siena S. Molecular mechanisms of resistance to cetuximab and panitumumab
in colorectal cancer. J Clin Oncol 2010;28:1254-61.
Mader, S.S. 1998. Biology. New York: McGraw-Hill Companies.
Rutland, J. 1976. Tubuh Manusia.Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Widyadara.
Suryo. 2011.Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Erlangga.
Terimakasih kawan sudah mampir di blog saya semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat ya, jika ingin mendownload laporan versi full dapat klik disini
No comments:
Post a Comment