LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN APUSAN, PEWARNAAN BAKTERI , SERTA PEWARNAAN ENDOSPORA

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN APUSAN, PEWARNAAN BAKTERI , SERTA PEWARNAAN ENDOSPORA


Oleh :
Viol Dhea Kharisma
135090107111007
Kelompok 6A
















LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015








Teknik Pembuatan Sediaan Apusan, Pewarnaan Bakteri serta 
Pewarnaan Endospora

Viol Dhea Kharisma
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 
Universitas Brawijaya


ABSTRAK

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti Bacillus sp. dan Clostridium sp. memproduksi bentuk pertahanan hidup pada kondisi yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Berdasarkan dari hal yang telah dijelaskan sebelumnya maka praktikum ini sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui struktur dan teknik pewarnaan bakteri, endospora, dan jamur serta melakukan pembuatan sediaan apusan. Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan meneteskan pewarna Gram a, b, c, d maka akan diketahui apakah bakteri yang diuji merupakan Gram positif atau Gram negatif. Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan bahwa bakteri gram positif berwarna bewarna ungu sedangkan gram negative bewarna merah namun pada uji KOH bakteri Gram positif berlendir sedangkan Gram negatif tidak berlendir, hasil identifikasi bentuksel bakteri yaitu kebanyakan bakteri yang didapatkan berbentuk batang dan ada sedikit yang berbentuk bulat, dan endospora yang diamati berbentuk dengan spora di tengah dan spora di pinggir sel dan pada pewarnaan endospore sel endospora terwarnai oleh warna hijau dan sel vegetatifnya berwarna merah.


Kata kunci : Bakteri, Batang, Bulat, Endospora, Gram negatif, Gram positif,




Techniques Smear Preparation,  Staining Bacteria,  and Endospore

Viol Dhea Kharisma
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 
University of Brawijaya


ABSTRACT

Bacteria are a group of organisms that do not have a cell nucleus membrane. Some group of bacteria known as the causative agent of infection and disease, while the other group can provide benefits in the field of food, medicine, and industry. Endospores is a phase that is carried by some bacteria, such as Bacillus sp. and Clostridium sp. produce forms survival in unfavorable conditions. This process is known as sporulation. Based on the previously described the practice is very important because to understand the structure and technique of staining bacteria, endospores, and fungi as well as working on creating the smear preparation. The method used in this lab is to shed dye Gram a, b, c, d it will be known whether the bacterium is Gram-positive or Gram-negative. Based on the results of the lab work that has been done that gram-positive bacteria colored purple colored red colored while gram-negative but the KOH test Gram-positive bacteria, while Gram-negative slimy slimy, bentuksel bacterial identification results obtained are mostly rod-shaped bacteria, and there is little that is round and endospores were observed in the form of the spores in the middle and on the edge of the cell spores and endospores were observed in the form of the spores in the middle and spores on the edge of the cell and the endospore staining endospores cells stained green and red vegetative cells.

Keywords: Bacteria, Rods, Round, Endospore, Gram-negative,
Gram-positive,



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
      Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Adam, 2001).
       Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif.  (Buchanan, 2003). 
        Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti Bacillus sp. dan Clostridium sp. memproduksi bentuk pertahanan hidup pada kondisi yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan membentuk bakteri sel tunggal (Burrows, 2004).
      Perbedaan indeks biasan antara sel bakteria, jamur, dan endospora dan lingkungan sekelilinngnya tidak besar, maka perbedaan optikalnya juga hampir sama. Keadaan ini mengakibatkan ketiganya sukar diamati. Oleh karena itu ketiganya yang tidak diwarnai pada umumnya sulit diamati dengan mikroskop cahaya. Sebagai langkah untuk mengatasi masalah ini, sel bakteri , jamur, dan endospore harus diwarnai terlebih dahulu. Metode pewarnaan bakteri, jamur, dan endospore memberikan warna sel atau bagian-bagian sel, sehingga menambah kontras dan tampak lebih jelas. Pewarnaan juga digunakan untuk menunjukkan sebaran dan jenis bahan kimia berbagai komponen sel serta membedakan antara golongan-golongan bakteri dan jamur (Suriawiria, 2005).
   Berdasarkan dari hal yang telah dijelaskan sebelumnya maka praktikum ini sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui struktur dan teknik pewarnaan bakteri, endospora, dan jamur serta melakukan pembuatan sediaan apusan.

1.2 Rumusan Masalah
      Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah :
Bagaimana cara melakukan pewarnaan pada mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan          endospora dengan benar ?
Bagaimanakah struktur dari bakteri, dan endospora setelah diwarnai ?
Bagaimana cara membuat preparat apus yang benar ?

1.3 Tujuan
        Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu  mengetahui teknik pembuatan sediaan apusan (preparat), proses pewarnaan struktur bakteri, dan endospora, bentuk-bentuk dan struktur bakteri, jamur, dan endospora, pentingnya setiap langkah dalam prosedur pewarnaan dan memahami reaksi kimiawi di dalam prosedur tersebut. 

1.4 Manfaat
      Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah mahasiswa biologi mampu melakukan teknik pewarnaan dan mengetahui struktur pada bakteri,  serta endospora. Selain hal itu hasil praktikum ini dapat di aplikasikan dalam bidang pangan yaitu untuk melakukan pengecekan makanan yang telah beredar dalam masyarakat apakah di dalam makanan tersebut mengandung spora bakteri misalnya bakteri Clostridium botulinum dan Bacillus sereus yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia, maka untuk mengidentifikasi apakah makanan tersebut telah terkontaminasi suatu bakteri maka peneliti dibidang mikrobiologi pangan melakukan pembuaatan preparat apusan, kemudian dilakukan pengecatan Gram untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang berada di dalam bahan makanan tersebut.



BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri dan Jamur
       Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim, dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti pH, suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme (Ratna, 2000).
Jamur pada umumnya adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berkhlorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringan. Ada pula yang hanya terdiri dari satu sel.   Struktur jamur.  Walaupun jamur dapat dilihat, namun masing-masing sel adalah mikroskopik. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang disebut hifa. Jika jamur tumbuh, hifa saling membelit untuk membentuk massa benang yang disebut miselium yang cukup besar untuk dilihat dengan mata (Lim, 2006).


Gambar 2.1 Bakteri dan Jamur (Bakteri dan Kapang, 2013).

2.2 Pengecatan Gram
     Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Prescott, 2003).
     Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak (Fardiaz, 2002).
         Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Cowan, 2004).

Gambar 2.2 Teknik Pewarnaan Bakteri (Pengecatan Gram, 2013).

2.3 Endospora
      Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti Bacillus sp. dan Clostridium sp. memproduksi bentuk pertahanan hidup pada kondisi yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Spora bakteri berbeda dengan spora pada jamur. Spora bakteri tidak mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi. Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (disinfektan, antibiotik) dan radiasi sinar UV. Endospora dapat disebut sebagai fase tidur dari bakteri. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan membentuk bakteri sel tunggal (Colome, 2001).
     Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, struktur ini sangat refraktif karena impermeabel terhadap pewarna yang umumnya digunakan untuk pengamatan bakteri. Strukturnya harus diamati oleh malakit green sehingga pewarna ini akan meresap ke dalam struktur ini dan dibantu dengan steam. Pengamatan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan perbedaan yang sangat besar antara sel vegetatif dan endospora. Endospora memiliki lapisan terluar, yaitu eksosporium. Di dalamnya terdapat beberapa lapisan protein. Dibawah eksosporium terdapat korteks, yang terdiri atas peptidoglikan yang terhubung silang secara longgar. Di dalam korteks, terdapat sebuah inti, yang mengandung dinding inti, membran sitoplasma, sitoplasma, nukleoid, ribosom, dan beberapa seluler yang esensial (Cappuccino, 2000).
      Sporulasi adalah suatu respon terhadap penurunan kadar nutrisi dalam medium khususnya sumber karbon dan nitrogen. Pengaturan pembentukan spora bersifat negatif karena sel membuat repressor dari senyawa yang terkandung dalam medium untuk mencegah mulainya sporulasi. Jika proses tersebut menurun maka akan terjadi sporulasi. Sporulasi terbentuk pada akhir fase logaritmik dan awal fase stasioner (Burrows, 2004).


Gambar 2.3 Struktur Endospora (Endospora, 2012).

2.4 Pewarnaan  Endospora
       Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang menjadi dasar dari metode pengecatan spora secara umum. Pada metode Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai dalam pengecatan endospora, endospora diwarnai pertama dengan malachite green dengan proses pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna yang kuat yang dapat berpenetrasi ke dalam endospora. Setelah perlakuan malachite green, biakan sel dicuci dengan air lalu ditutup dengan cat safranin. Teknik ini akan menghasilkan warna hijau pada endospora dan warna merah muda pada sel vegetatifnya (Buchanan, 2003). 





BAB III
 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
      Praktikum dengan judul “Teknik Pembuatan Sediaan Apusan, Pewarnaan Bakteri dan Jamur, serta Pewarnaan Endospora “yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2015 hari Selasa pada pukul 11.35-15.10 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Teknik Pembuaatan Apusan
3.2.1 Sumber Biakan Koloni Mikroba Langsung Dari Sampel
Pertama, bahan disentrifuge terlebih dahulu, kemudiaan endapannya dibuat preparat. Kedua, bahan berupa endapan (pellet) hasil sentrifuge tersebut diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril kemudian digoreskan pada gelas obyek setipis mungkin. Gelas obyek dan gelas penutup sebelumnya dibersihkan dengan alcohol 70% sampai gelas bebas dari lemak. Ketiga, gelas obyek dipanaskan di atas nyala api lampu spiritus sambil diayunkan secukupnya (jarak preparat sampai nyala api kira-kira 20 cm), sampai preparat tersebut kering. Keempat, setelah kering jika diperlukan, formalin 1% di teteskan dan selanjutnya ditunggu selama 5 menit dan dikeringkan sekali lagi. Terakhir, setelah betul-betul kering, preparat siap dicat.

3.2.2 Bahan Dari Biakan Cair
Pertama, gelas obyek yang masih bersih dan steril diambil dan di bebaskan dari lemak dengan membersihkan menggunakan alkohol selanjutnya dipanaskan di atas nyala api spiritus. Kedua, biakan cair diambil (yang sebelumnya telah di homogenkan) dengan menggunakan ose steril, diratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-kira 1-2 cm. Terakhir, preparat yang sudah dibuat kemarin kemudian dikeringkan dan atau ditetesi dengan formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung.

3.2.3 Bahan Dari Media Pertumbuhan Padat
Pertama, gelas obyek yang masih bersih dan steril diambil, dibebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Kedua, diteteskan satu ose kaldu atau larutan garam fisiologi atau air steril pada gelas obyek tersebut, dengan ose steril, diambil satu koloni biakan dan diratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter 1 – 2cm. Ketiga, dicampur dengan kaldu tadi sampai homogeny kemudian ditipiskan. Terakhir, preparat yang sudah dibuat kemudian dikeringkan dan atau ditetesi formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung.

3.3 Teknik Pewarnaan Gram
Pertama, preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 1 – 3 menit. Kedua, cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir. Ketiga, preparat digenangi cat Gram B selama 0,5 – 1 menit. Keempat, cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir, kemudian preparat ditetesi dengan cat Gram C sampai warna cat tepat dilunturkan (kurang lebih 30 detik). Kelima, cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir. Keenam, preparat digenangi dengan cat Gram D selama 1 – 2 menit dan sisa cat dibuang lalu preparat dikeringkan di udara dan terakhir, preparat siap diamati dibawah mikroskop.

3.4 Teknik Pewarnaan Jamur (Kapang)
        Pertama, gelas obyek dan gelas penutup dibersihkan dengan menggunakan etanol 70% hingga bebas lemak. Kedua, diteteskan sedikit larutan LCB di tengah permukaan gelas benda. Ketiga, koloni kapang diambil sedikit dibagian tepi media dan di taruh di permukaan gelas benda. Keempat, hifa kapang diuraikan secara hati-hati menggunakan dua jarum enten sambil diamati dengan menggunakan stereomikroskop. Kelima, sediaan kapang ditutup dengan menggunakan gelas penutup secara hati-hati dan diusahakan tidak ada gelembung udara dalam preparat. Keenam, dibersihkan kelebihan lactophenol dengan kertas hisap dan diamati menggunakan mikroskop pada perbesaran 10x dan 40x.

3.5 Teknik Pewarnaan Endospora
            Pertama, preparat dibuat. Kedua, apusan bakteri digenangi dengan pewarna malakit hijau, masukkanya pewarna ini ke dalam endospore dibantu dengan cara memanaskan preparat apusan ini dengan meletakkan pada ram kawat diatas penangas air yang mendidih sampai timbul uap air. Pemanasan dapat juga langsung dilakukan diatas api Bunsen sampai beruap. Pemanasan diatur supaya jangan sampai mendidih atau mongering. Selama pemanasan dapat ditambahkan beberapa tetes larutan pewarna untuk menjaga dari kekeringan. Preparat apusan ini harus terjaga dalam keadaan tergenangi pewarna hijau malakit panas selama 10 menit. Ketiga, preparat yang telah diwarnai tersebut diletakkan di atas rak dan dibiarkan sampai dingin. Keempat, dicuci  dengan air mengalir pada botol semprot jika kelebihan pewarna dan kemudian dikeringanginkan. Kelima, preparat digenangi dengan pewarna safranin selama 1-2 menit, dicuci dengan air mengalir seperti di atas kemudian dikeringanginkan. Keenam, kaca obyek ditiriskan dan diserap sis air dari preparat dengan kertas hisap. Terakhir, struktur spora dalam sel diamati menggunakan mikroskop perbesaran 1000x dengan minyak emersi.   


BAB IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
untuk download full versi bisa di klik disini

4.1.2 Intepretasi Data
    Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah diperoleh bahwa bakteri Gram positif ketika dilakukan pengecatan akan bewarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah. Hal tersebut terjadi karena bakteri Gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding selnya akibat pencucian dari etanol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal yodium yang berwarna ungu dipertahankan dan bakteri tetap berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1 – 2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak (Adam, 2001). Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkan terlepasnya kompleks kristal yodium. Prinsip dari pewarnaan Gram ini adalah mewarnai bakteri dengan pewarnaan dasar, yaitu kristal violet, menguatkan pelekatan zat pewarna dengan garam iodin, melunturkan warna dasar dengan alkohol , dan pewarnaan kembali dengan pewarna pembanding yaitu safranin (Burrows, 2004). Bakteri yang dihasilkan kebanyakan berbentuk batang dan juga didapatkan sedikit bakteri yang berbentuk bulat dan bakteri yang batang kebanyakan bersifat Gram positif sedangkan yang berbentuk bulat kebanyakan adalah bersifat Gram negatif. Pada pewarnaan endospore oleh pewarna malakit hijau maka bagian endospora itu sendiri terwarni hijau dan bagian sel vegetatifnya berwarna merah. Endospora terdiri atas bagian eksoporium, coat, outer forespore membran, korteks, inner forespore membran, dan core (Buchanan, 2003).

4.2 Kelebihan dan Kekurangan Pewarnaan Gram
     Kelebihan pengecatan gram adalah Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik).  Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika. Kadang-kadang  morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosisuntuk penyakit infeksi gonore. Kekurangan pewarnaan gram adalah Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml.  Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut.  Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis (Lim, 2006).

4.3 Mengapa Spora Hanya Dihasilkan Bakteri Batang Gram +
  Pada bakteri gram positif mampu membentuk filament aksial dan septum asimetris yang merupakan tahap awal dari terbentuknya endospora. Spora bakteri berbeda dengan spora pada jamur. Spora bakteri tidak mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi. Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (disinfektan, antibiotik) dan radiasi sinar UV. Endospora dapat disebut sebagai fase tidur dari bakteri. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan membentu  bakteri sel tunggal (Adam, 2001)

4.4 Metode Pewarnaan Bakteri Selain Gram
       Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin (lay ,1994). Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaanpewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan (Buchanan, 2003).
Pewarnaan negatif adalah untuk mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki negatif charge kromogen, tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna (Suriawiria, 2005).
      Pewarnaan diferensial merupakan teknik pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Teknik pewarnaan ini menggunakan tidak hanya satu jenis larutan zat warna, berbeda dengan teknik pewarnaan sederhana (pewarnaan tunggal) yang hanya menggunakan satu jenis zat warna saja. Pewarnaan diferensial banyak jenisnya, antara lain ialah pewarnaan gram, pewarnaan spora, pewarnaan tahan asam, pewarnaan giemsa, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan flagel. Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang yang berwana biru gelap (Prescott ,2003).

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Endospora
       Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada daerah dengan temperatur luas sedang jenis lainnya. Pada umumnya batas daerah temperature bagi kehidupan microbe terletak antara 0ºC - 50ºC, dan kita kenal ada temperature, minimum, optimum, dan maksimum. Temperatur minimum adalah nilai paling rendah di mana kegiatan microbe dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat dipergunakan untuk aktivitas mikroba, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal, sedangkan tempertur yang paling baik bagi kehidupan dinamakan temperatur optimum (Cowan, 2004).
        Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus  yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah  satu ujungnya (Colome, 2001). 

4.6 Mekanisme Terbentuknya Endospora
         Mekanisme terjadinya sporulasi adalah sebagai berikut . Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen aksial tidak berlangsung lama. Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel pra-spora. Masing-masing sel menerima DNA anakan. Selanjutnya terjadi fagositosis sel praspora oleh sel induk, sehingga sel praspora menjadi bentukan yang disebut protoplas. Tahap ketiga adalah perkembangan protoplas yang disebut perkembangan spora-awal (forespore). Pada perkembangan spora-awal belum terbentuk peptidoglikan, sehingga bentuk spora-awal tidak beraturan (amorfus). Pembentukan korteks (peptidoglikan). Spora-awal menyintesis peptidoglikan, sehingga spora-awal mempunyai bentuk pasti. Pembentukan peptidoglikan oleh spora-awal disebut juga pembentukan korteks. Pembentukan pembungkus (coat). Spora-awal menyintesis berlapis-lapis pembungkus spora. Pembungkus spora disintesis baik secara terus-menerus maupun terputus-putus, sehingga tampak seperti penebalan korteks. Material korteks dan pembungkus spora berbeda. Pematangan spora. Spora bakteri menyintesis asam dipokolinat dan melakukan pengambilan kalsium. Dua komponen ini merupakan karakteristik resistensi dan dormansi endospore. Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora yang telah matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolic yang terjadi sampai spora siap untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya berlangsung sekitar 15 jam (Cappuccino, 2000).



Gambar 4.1 Mekanisme Terbentuknya Endospora (Endospora, 2001)

4.7 Bentuk Endospora
         Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri Gram positif dan berbentuk bulat spora ditengah dan spora di ujung. Endospora terbentuk di dalam sel bakteri jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Dengan demikian, endospora berfungsi sebagai pertahanan diri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora tebal dan tersusun dari protein. Tebalnya dinding endospora menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi, dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan, endospora tumbuh menjadi sel baru. Contoh bakteri yang dapat menghasilkan endospora adalah Bacillus anthracis. Clostridium tetani (penyebab tetanus), dan Clostridium botulinum (penyebab keracunan makanan kaleng) (Burrows, 2004).

4.8 Troubel Shooting
      Pada bakteri Monococcus litius yang berbentuk bulat namun hasil pengamatan menjadi bentuknya batang dan bersifat gram positif hal tersebut sangat menyalahi teori yang seharusnya bentuk dari bakteri tersebut adalah coccus atau bulat dan bersifat gram negatif.



BAB V
 PENUTUP


5.1 Kesimpulan 
        Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa bakteri Gram positif ketika diwarnai atau dilakukan pengecatan gram akan bewarna  ungu sedangkan bakteri gram negative dan hasil dari uji KOH adalah jika bakteri tersebut bersifat gram positif maka akan menghasilkan lender dan pada pewarnaan endospora yaitu pada sel endospora akan berwarna hijau sedangkan sel vegetatif nya akan bewarna merah .

5.2 Saran
     Perlu dilakukan pengamatan ulang atau pengidentifikasi serta pewarnaan pada bakteri Monococcus litius yang berbentuk bulat namun hasil pengamatan menjadi bentuknya batang dan bersifat gram positif.




DAFTAR PUSTAKA

Adam,MR.2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science Publisher,Ltd. New    York.

Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003.  Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The William    & Wilkins Company Baltimore.USA.

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders  Company. Philadelphia.

Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings  Publishing Company,Inc. California.

Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing  Company.New  York.

Cowan,ST. 2004.  Manual for the Identification of Medical Bacteria. Cambridge University Press.  London.

Fardiaz,Srikandi.2002. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta

Lim,D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill. New York.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.

Ratna, Siri .2000. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium. PT  Gramedia,Jakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.



Terimakasih karena sudah mampir agan dan kalau ini mendapatkan laporan full versi silahkan klik disini



No comments:

Post a Comment