LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM TEKNIK ISOLASI DAN PEMURNIAN, TEKNIK PENYIMPANAN JANGKA PENDEK KULTUR MURNI DAN PENGHITUNGAN MIKROBA DENGAN TEKNIK TOTAL PLATE COUNT

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
TEKNIK ISOLASI DAN PEMURNIAN, TEKNIK PENYIMPANAN JANGKA PENDEK KULTUR MURNI DAN PENGHITUNGAN MIKROBA DENGAN TEKNIK TOTAL PLATE COUNT


Oleh :
Viol Dhea Kharisma
135090107111007
Kelompok 6A






















LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014














Teknik Isolasi dan Pemurnian, Teknik Penyimpanan Jangka Pendek Kultur Murni Mikroorgasnisme, dan Perhitungan Mikroorganisme Dengan Teknik (TPC) Total Plate Count

Viol Dhea Kharisma
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 
Universitas Brawijaya


ABSTRAK
Ilmuwan mikrobiologi harus melakukan proses isolasi yaitu pengambilan jenis mikrobia yang akan diteliti dari koloni mikrobia kemudian melakukan penyimpanan serta menghitung dan mengkarakterisasi mikrobia yang diteliti, maka pentingnya praktikum ini dilakukan agar mengetahui cara mengisolasi atau pemurnian suatu mikroorganisme tertentu dari suatu koloni, cara menyimpan isolat mikroorganisme murni dan menghitung serta mengkarakterisasi mikrobia setelah diisolasi. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu  mengetahui cara melakukan proses isolasi dan pemurnian jenis mikrobia tertentu dari suatu koloni, melakukan penyimpanan suatu kultur murni mikroorganisme dengan menggunakan teknik tertentu misalnya penyimpanan jangka pendek, serta dapat menghitung jumlah dan pengkarakterisasi mikrobia dari suatu koloni. Proses atau tahapan dalam praktikum ini adalah pembuatan media, isolasi dan pemurnia mikrobia, teknik penyimpanan mikroorganisme, serta perhitungan mikrobia dengan menggunakan teknik TPC (Total Plate Count). Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah teknik pour plate sebagai pemurnian mikroba dan medium PDA dan NA konvesional serta instan sebagai medium tumbuh mikroba. Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan bahwa teknik pour plate dapat digunakan untuk mengisolasi mikroba dan memurnikan mikroba, faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam praktikum ini adalah suhu, pH, dan nutrien serta medium instan dan konvensional baik PDA dan NA juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan karakter mikroba yang di dapat sangat beragam.

Kata kunci : Isolasi, Koloni, Menghitung, Mengkarakterisasi, Mikrobia, PDA, NA



Isolation and Purification Techniques, Short Term Storage Techniques Mikroorgasnisme Pure Cultures and Microorganisms Calculation Technique (TPC) Total Plate Count

Viol Dhea Kharisma
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Brawijaya

ABSTRACT

Microbiology scientist must make the process of isolation that is making the type of microbe that will be examined from the microbial colonies then perform storage and compute and characterize microbial studied, the practical importance of this is done in order to know how isolating or purifying a particular microorganism of a colony, how to save isolates pure microorganisms and calculate and characterize microbes after isolated. Practicum is intended that students are able to know how to make the process of isolation and purification of certain types of microbes from a colony, having saved a pure culture of microorganisms by using certain techniques such short-term storage, and can calculate the amount and pengkarakterisasi microbes from a colony. Processes or stages in this lab is making the media, isolation and pemurnia microbes, microorganisms storage techniques, as well as microbial calculations using techniques TPC (Total Plate Count). The method used in this lab is the pour plate technique as microbial purification and PDA medium and NA conventional as well as instant as microbial growth medium. Based on lab work that has been done that the pour plate technique can be used to isolate and purify microbial microbial, environmental factors that affect the growth of microbes in this lab is the temperature, pH, and nutrient and instant medium and good conventional PDA and NA also affect microbial growth and character The microbes that can be very diverse.

Keywords: Isolation, Colonies, Counting, Characterizing, Microbes, PDA, NA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
        Mikrobia (meliputi virus, archae, bakteri, jamur, dan protozoa, dapat dikatakan sebagai makhluk tertua dengan diversitas terbanyak di planet bumi.Mikroorganisme atau mikrobia adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan, mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. (Buchanan, 2003). Mikroba memang dapat bertahan pada berbagai kondisi lingkungan, ekstrim panas, ekstrim dingin, lingkungan yang berkonsentrasi garam tinggi, asam, basa, tekanan tinggi, bahkan di daerah yang mendekati kemustahilan untuk hidup makhluk hidup lain seperti lingkungan dengan radioaktivitas tinggi (Adam, 2001).
        Mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya berada dalam populasi campuran dan di alam jarang mikrobia berada sebagai satu spesies tunggal dan selalu dalam hidup berkoloni dalam menjalankan peranannya pada siklus kehidupan (Cappuccino, 2000). Dalam bidang mikrobiologi dan bioteknologi, ketersediaan biakan murni sangatlah penting. Selain pemurnian isolate selama dalam penyimpanan juga sangat perlu diperhatikan, karena bekaitan dengan produk atau metabolit tertentu dari satu spesies tunggal, untuk itu pertama-tama spesies tersebut harus dapat diisolasi dari organisme lain kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni dimana sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal melalui teknik pemurnian (Burrows, 2004).
         Teknik isolasi dilakukan dengan berbagai cara yaitu melakukan pengenceran berseri dilanjutkan dengan membiakkan pada media yang sesuai yaitu metode cawan tuang (poured plate) atau cawan gores (streak plate) dan teknik untuk menghitung jumlah sel mikrobia yang telah diisolasi dengan menggunakan perhitungan angka lempeng total sedangkan penyimpanan mikroorganisme sering menggunakan teknik agar slants (Colome, 2001). 
      Berdasarkan dari penjelasan sebelumnya maka praktikum ini sangat penting dilakukan agar mengetahui cara mengisolasi atau pemurnian suatu mikroorganisme tertentu dari suatu koloni, cara menyimpan isolat mikroorganisme murni dan menghitung serta mengkarakterisasi mikrobia setelah diisolasi.  

1.2 Rumusan Masalah
       Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah :
Bagaimana cara melakukan proses isolasi dan permurnian mikroorganisme ?
Bagaimana metode yang harus dilakukan dalam penyimpanan suatu kultur murni  mikroorganisme dengan menggunakan teknik  penyimpanan jangka pendek?
Apa yang harus dilakukan ketika akan melakukan pengkarakterisasi dan perhitungan jumlah mikrobia hasil isolasi dari suatu koloni ?

1.3 Tujuan
        Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu  mengetahui cara melakukan proses isolasi dan pemurnian jenis mikrobia tertentu dari suatu koloni, melakukan penyimpanan suatu kultur murni mikroorganisme dengan menggunakan teknik tertentu misalnya teknik penyimpanan jangka pendek, serta dapat menghitung jumlah dan pengkarakterisasi mikrobia dari suatu koloni.

1.4 Manfaat
         Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah mahasiswa biologi dapat mengenal metode isolasi mikroba, penyimpanan kultur murni mikroorganisme jangka pendek, serta pengkarakterisasi dan perhitungan mikrobia. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam bidang misalnya medis, suatu orang di kulitnya mengalami gatal hebat serta mengalami inflamasi dalam ruam yang terbentuk, pada lesi yang terbentuk dan mengeluarkan nanah, ketika dibuat preparat apus pada nanah tersebut didapatkan koloni Staphylococcos sp., untuk mengetahui jenis bakteri Staphylococcus sp. apa yang mendominasi dan menyebabkan reaksi inflamasi tersebut perlu dilakukan proses isolasi dan pemurnian setelah itu dilakukan pengkarakterisasi (pengamatan struktur, jenis toksin, pengamatan gram, dll) dan melakukan perhitungan sel mikrobia, dan yang terakhir untuk pengamatan lebih lanjut dalam jangka pendek sel mikrobia dapat disimpan dengan melakukan teknik penyimpanan jangka pendek mikroorganisme murni.



BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Aseptis
    Bekerja dengan mikroorganisme membutuhkan teknik aseptis untuk mencegah ataupun mengurangi kontaminasi yang tidak diinginkan, karena setiap benda yang yang digunakan maupun pekerja laboratorium dapat menjadi sumber kontaminasi. Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik untuk memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikrobia lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi (Colome, 2001).

2.2 Sterilisasi
    Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah semua proses yang mematikan mikroorganisme yang terdapat pada atau dalam suatu benda, untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida, dan bermacam-macam larutan kimia dan sinar gamma (Cowan, 2004). 
      Sterilisasi terdiri atas sterilisasi mekanik yaitu menggunakan saringan yang berpori kecil sehingga mikrobia tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi dengan suhu yaitu pasteurisasi yang merupakan proses pembunuhan mikroba pathogen dengan suhu terkendali berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe pathogen yang paling resisten untuk dibasmi, dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri pathogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Tyndalisasi merupakan pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tindalisasi dapat membunuh sel vegetative sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu 3 hari berturut-turut (Fardiaz, 2002).

2.3 Media Pertumbuhan Mikroba
      Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya + 95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari unsur-unsur lain . Apabila dilihat susunan senyawanya, maka air merupakan bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan bagian lain sebanyak 10-20 % terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan, polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain (Lim, 2006).
         Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal digestion. Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen (Ratna, 2000).

2.3 Teknik Pemeliharaan atau Penyimpanan  Kultur Murni 
          Berbagai cara penyimpanan mikroorganisme dilakukan untuk mendapatkan kultur murni dengan potensi yang stabil. Penyimpanan secara sub kultur memiliki kelemahan, yaitu sangat menyita waktu dan tenaga karena dalam waktu singkat harus dipindahkan secara periodik ke medium baru. Metode lain yang digunakan sebagai alternatif adalah penyimpanan secara kering beku (freeze drying) atau dengan metode penyimpanan pada suhu ultra dingin –196ÂșC di dalam nitrogen cair (kriopreservasi). Jankowski et al. (1997) telah berhasil mengembangkan metode penyimpanan bakteri asam laktat dengan cara mengimobilisasi sel bakteri di dalam kapsul alginat atau pati tanpa mengurangi viabilitas dan kemampuan melakukan fermentasi (Prescott, 2003).

2.4 Perhitungan Mikroba
2.4.1 Dilusi
       Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count). Berikut merupakan cara melakukan teknik dilusi :


Gambar 2.1. Metode Dilusi  (Dilusi, 2006).


2.4.2 Pour Plate
        Teknik Pour Plate adalah suatu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar cair dengan stok kultur. Teknik ini umumnya digunakan pada metode Total Plate Count (TPC). Sedangkan teknik streak plate adalah suatuteknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan cara menggores (streak) permukaan agar dengan jarum yang telah diinokulasi dengan kultur mikroba. Teknik ini menjadikan mikroorganisme tumbuh dan tampak pada goresan-goresan inokulasi bekas jarum.

Gambar 2.2. Metode Pour Plate (Pour Plate, 2001).


2.4.2 Streak Plate
      Teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas dari streak jarum enten. Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi 3-4 bagian.Ose steril yang telah disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal di satu sisi cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah kering ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan kedua.Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. Pada metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan koloni lain. Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptik agar tak terjadi kontaminasi (Suriawiria, 2005).
Gambar 2.3. Metode Streak Plate (Colome, 2001).


BAB III
 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
      Praktikum dengan judul “Teknik Isolasi dan Pemurnian, Teknik Penyimpanan Jangka Pendek Kultur Murni  dan Penghitungan Mikrobia Dengan Teknik Total Plate Count “yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015 hari Selasa pada pukul 11.35-15.10 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Pembuatan Media Pertumbuhan Mikroba
3.2.1 NA dan PDA Instan
          Pertama, masukkan bubuk NA/PDA ke dalam labu Erlenmeyer. Kedua, diberi air hingga 120 ml dan dihomogenkan (dengan cara diaduk-aduk menggunakan spatula), jika sudah homogen labu Erlenmeyer dalam kondisi tertutup sumbat kapas ditaruh di atas kompor listrik untuk dipanaskan. Terakhir, jika proses pemanasan sudah cukup maka labu Erlenmeyer disterilisasi pada autoklaf selama 15 menit dengan suhu sekitar 121oC.

3.2.2 NA dan PDA Konvensional
           Pertama daging atau kentang yang beratnya sekitar 80 dan 32 grm direbus  diatas aquadest mendidih yang mempunyai volume 160 ml kemudian ditambah pepton sebanyak 0,5% dengan pH 7 dan Glukosa 1% dengan pH 6-6,5 kemudian ditambah bacto agar sebanyak 1,5% kemudian labu Erlenmeyer disterilisasikan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC.

3.2.3 Garam Fisiologi
Pertama NaCl sebesar 2,2 grm dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang sudah berisi 270 ml aquadest dan diaduk menggunakan spatula agar homogeny kemudian dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml. Terakhir, tabung reaksi disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC.

3.3 Teknik Dilusi (Pengenceran)
    Pertama, dari larutan sampel atau kultur murni Bacillus sp, diambil 1 mg atau 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml grafis atau larutan buffer pepton intuk memperoleh dilusi 1/10 bagian. Kedua, dari dilusi 1/10 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml grafis atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian. Ketiga, dari dilusi 1/100 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml grafis atau larutan buffer peton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian. Keempat dari dilusi 1/1000 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml grafis atau buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian dan seterusnya.

3.4 Teknik Pour Plate (Lempeng Tuang)
       Pertama, sampel diambil sebanyak 0,1 ml dari masing-masing pengenceran berseri yang dibuat diatas. Kedua, dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan segera ditutup agar terhindar dari kontaminan. Sebelum melakukan langkah ini sebainya media pertumbuhan dipanaskan terlebih dahulu, Setelah mendidih merata, ditunggu berapa saat sampai agak dingin (dipegang tangan tidak terlalu panas, suhu sekitar 40-50 C. Untuk mengisolasi bakteri cawan ditambahkan media nutrient agar sedangkan untuk mengisolasi jamur ditambahakan media PDA. Setelah media dimasukkan, cawan petri diputar secara perlahan di atas meja horizontal untuk mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur mikroba. Setelah memadat, cawan-cawan diletakkan dalam posisi terbalik. Terakhir, di inkubasi dalam suhu kamar ,untuk bakteri selama 24 jam sedangkan jamur 3x24 jam dan diamati karakteristik koloni yang tumbuh.

3.5 Teknik Streak Plate (Lempeng Gores)
          Media agar cair (PDA + NA) dituangkan ke dalam cawan Petri steril, lalu dibiarkan hingga mengeras. Kedua, jarum ose dibakar dari bagian pangkal dalam terus hingga ke bagian lup (ujung) sampai berpijar merah. Ketiga, bibir tabung reaksi dibakar yang berisi bakteri dengan cara memutar bagian bibir tabung terkena api. Keempat, jarum ose segera dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan jangan sampai menyentuh dinding tabung serta dilakukan di dekat pembakar bunsen. Kelima, cawan petri dibagi empat permukaannya yang akan distreak dengan menggunakan spidol. Sebelum berpindah dari kuadran satu ke lainnya ose harus disterilkan atau dipanaskan. Keenam, distreak di permukaan agar secara perlahan dan diusahakan tidak hancur atau tergores, arah streak pada permukaan agar menurut pembagian bidang tadi. Terakhir, diinkubasi pada suhu kamar, untuk bakteri 24 jam untuk jamur 3x24 jam dan di lakukan dengan posisi terbalik.

3.6 Teknik Agar Slants
          Penyimpanan jangka pendek mikroba dilakukan dengan memindahkan secara berkala jangka pendek misalnya sebulan sekali dari media lama ke media baru. Setelah koloni baru itu dibiarkan tumbuh beberapa jam dalam temperatur biasa (25o – 27oC), koloni baru ini dimasukkan ke dalam almari es, untuk diperbaharui 2 – 3 bulan lagi.

3.7 Teknik Penyimpanan Di Dalam Tanah
Pertama, tanah diayak dan ditempatkan dalam botol-botol kecil, kira-kira setengah penuh. Kedua, disterilkan dengan cara pemanasan kering atau diautoklaf dua kali pada suhu 121oC selama 15 menit. Suspensi bakteri atau spora di dalam air suling steril dituangkan ke tanah steril tersebut dan diinkubasikan pada suhu 20-25oC selama kira-kira 15-10 hari.





BAB IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Hasil
4.1.1 Data Pengamatan
untuk lebih lengkapnya silahkan download full versi laporannya, dapat di klik disini

4.1.4 Intepretasi Data
      Jumlah sampel A1 lebih tinggi karena mikroorganisme tersebut dapat survive dan kebutuhan nutriennya lebih tercukupi daripada sampel lainnya. Pertumbuhan mikroba pada medium tersebut di pengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu temperatur optimum, merupakan temperatur pada saat pertumbuhan terbaik mikroorganisme. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti (Lim, 2006). Suhu akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba ,jenis mikroba dapat survive pada suhu yang berbeda beda pada praktikum ini suhu yang digunakan dalam inkubator sekitar 40 – 41oC. Aktivitas metabolisme mikroorganisme menghasilkan sisa buangan seperti asam hasil degradasi karbohidrat, dan alkali hasil pemecahan protein yang dapat mempengaruhi pH lingkungan. Penurunan dan peningkatan pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan enzim seluler yang dapat mengganggu pertumbuhan (Fardiaz, 2002). Pada praktikum ini pH medium tumbuh sekitar 6.5-7 ,pH tersebut bersifat netral tidak terlalu asam dan basa. Osmosis merupakan pergerakan molekul air (pelarut) melalui membran semipermeabel dari konsentrasi larutan yang tinggi ke konsentrasi rendah. Pada praktikum ini medium dilusi awal sampai akhir jumlah pertumbuhan mikroba (jamur dan bakteri) semakin menurun karena jika nutrisi dalam medium PDA (Potato Dextrose Agar) dan NA (Nutrien Agar) semakin lama jika diencerkan akan larut ke dalam air akibatnya jika diencerkan terus menerus maka jumlah mikroorganisme (bakteri dan jamur) yang tumbuh dalam kedua medium tersebut semakin lama maka semakin berkurang karena nutrisi di dalam medium telah terlarut dalam air. Pengaruh medium instan dan konvensional yaitu medium instan lebih efektif digunakan untuk pertumbuhan mikroba (bakteri dan jamur) karena proses pembuatannya sudah dilakukan oleh pabrik dan dijamin lebih steril namun harganya lebih mahal serta sulit didapatkan namun medium konvensional tidak lebih efektif digunakan untuk medium pertumbuhan mikroba karena pembuatannya secara manual dan dapat terkontanminasi mikroba lain namun harga bahan yang digunakan untuk medium konvensional tergolong murah. Jumlah bakteri CFU/g  yang diperoleh dalam praktikum ini adalah  E1 = 24,5.104 ,E2 = 19,2.104 , F1 = 7,9.104, F2 = 4,6.104 dan jumlah jamur yang diperoleh adalah sebesar Jumlah jamur CFU/g  G1 = 16.10- 3 ,G2 = 3,2.10-3, H1 = 0,8.10-3 ,H2 = 6,2.10-3. Karakteristik bakteri yang didapat berdasarkan bentuk koloni, konfigurasi, elevasi, tekstur, konsistensi, membran tipis, ciri optik, dan pigmentasi sangat beragam.

4.2 Streptomisin
          Streptomisin, suatu aminoglikosida, diperoleh dari Streptomyces griseus (1944). Senyawa ini berkhasiat bakterisid terhadap banyak kuman Gram-negatif dan Gram-positif. Termasuk M. tuberculosa dan beberapa M.atipis.Streptomisin khusus aktif terhadap mycobacteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal. Antibiotik ini toksisitas untuk organ pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena itu, sebaiknya jangan digunakan untuk jangka waktu lama, karena efek neurotoksis terhadap saraf cranial ke-8 dapat menimbulkan ketulian permanen. Resorbsinya di usus buruk sekali, maka hanya diberikan sebagai injeksi i.m. sejak adanya obat-obat ampuh lain, penggunaan streptomisin terhadap TBC paru telah jauh berkurang. Obat ini masih digunakan bersama dengan tiga obat lainnya untuk TBC otak yang sangat parah (meningitis) (Colome, 2001).
         Farmakologi: Absorbsi: IM : diabsorbsi dengan baik. Distribusi: terdistribusi ke dalam cairan ekstraselular termasuk serum, absces, ascitic, perikardial, pleural, sinovial, limfatik, dan cairan peritoneal; menembus plasenta; dalam jumlah yang kecil masuk dalam  air susu ibu. Ikatan protein: 34%. T½ eliminasi: bayi baru lahir : 4-10 jam; dewasa 2-4.7 jam, waktu bertambah panjang pada kerusakan ginjal. Waktu untuk mencapai kadar puncak serum: dalam 1 jam. Ekskresi: urin ( 90% dalam bentuk obat yang tidak berubah); feses,saliva, keringat dan air mata (< 1%). Rentang terapeutik: Kadar puncak 20-30 mcg/ml;  Toxic: kadar puncak : > 50 mcg/mL (Burrows, 2004).

4.3 Aplikasi Isolasi Di Bidang Industri
Apikasi isolasi bakteri dalam bidang industri salah satunya dapat ditemui yaitu manfaat isolasi bakteri  pendegradasi limbah industry karet dan dapat pula digunakan untuk memperbaiki kualitas limbah industry karet.   Produksi massa sel: protein sel tunggal untuk pakan ternak, manusia dan pestisida. Penggunaan bagian-bagian dari sel: biokatalis (enzim), polisakarida (xantan, alginat), pigmen dan lipid. Fermentasi untuk produksi metabolit primer: alkohol, asam organik, vitamin dan lain-lain.  Fermentasi untuk produksi metabolit sekunder: antibiotik, toksin, dan komponen flavor. Aplikasi aktivitas mikroorganisme dalam:  pengawetan seperti keju, yoghurt, pikel. Pengolahan limbah dan pembersihan bahan-bahan beracun seperti penghilangan fosfat,H2S dan lain-lain.  Proses dalam berbagai industri di luar industri makanan dan minuman, umpamanya meningkatkan atau menjaga kualitas tekstil dan serat ataupun bahan kayu dan lain-lain (Adam, 2001). 
             
4.4 Trouble Shooting
     Kesalahan yang terjadi dalam praktikum ini adalah saat pembuatan medium agar konvensional maupun modern atau saat proses dilusi dan pour plate terkontan mikroorganisme lain akibatnya tidak kultur murni yang tumbuh melainkan ada mikroorganisme lain yang terdapat pada medium tumbuh.



BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan bahwa teknik pour plate dapat digunakan untuk mengisolasi mikroba dan memurnikan mikroba, faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam praktikum ini adalah suhu, pH, dan nutrien serta medium instan dan konvensional baik PDA dan NA juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan karakter mikroba yang di dapat sangat beragam.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penyelidikan ulang mengenai mengapa saat dilakukan dilusi yang paling pekat misalnya pada dilusi 0,00001 jumlah mikroorganisme semakin menurun dan pengaruh media NA dan PDA konvensional serta instan pada pertumbuhan mikroorganisme.




DAFTAR PUSTAKA

Adam,MR.2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science Publisher,Ltd.
      New York.

Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003.  Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology.
      The William & Wilkins Company Baltimore.USA.

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology.
       W.B. Saunders    Company. Philadelphia.

Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual.
        The Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc. California.

Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing  Company.
         New York.

Cowan,ST. 2004.  Manual for the Identification of Medical Bacteria.
         Cambridge University Press. London.

Fardiaz,Srikandi.2002. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta

Lim,D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill. New York.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.

Ratna, Siri .2000. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium. PT Gramedia,Jakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Terimakasih kawan ku sudah mampir di blog ini, tolong kritik dan sarannya ya, untuk mendownload laporan full versi dapat klik disini



No comments:

Post a Comment