LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM PERHITUNGAN SEL BAKTERI DENGAN METODE MPN (MOST PROBABLE NUMBER)

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
PERHITUNGAN SEL BAKTERI DENGAN METODE MPN (MOST PROBABLE NUMBER)

Oleh :
Viol Dhea Kharisma
135090107111007
Kelompok 6A

















LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015



Perhitungan Sel Bakteri dengan Metode MPN (Most Proable Number)

Viol Dhea Kharisma

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 
Universitas Brawijaya


ABSTRAK

Air mempunyai peranan penting bagi kehidupan. Kualitas air ditentukan oleh berbagai factor antara lain factor fisik, kimia dan mikrobiologi. Kualitas fisik meliputi warna, bau, rasa dan kekeruhan, sedangkan kualitas kimia meliputi kadar oksigen terlarut dan berbagai senyawa kimia lain seperti nitrit, nitrat, fosfat. Kualitas mikrobiologi air ditentukan oleh jumlah total bakteri atau total plate count (TPC) ; kandungan bakteri coliform dan Escherichia coli serta kandungan bakteri pathogen seperti Salmonella, Shigella, dan Vibrio. Berdasarkan dari penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya maka praktikum ini penting dilakukan agar mahasiswa mampu  mengetahui kualitas air secara mikrobiologis dengan menggunakan metode MPN (most probable number). Uji yang dilakukan dalam praktikum ini terdiri dari tahap uji penduga, uji pelengkap, dan uji penguat. Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan untuk mengetahui kualitas air dengan menggunakan uji mikrobiologi dengan metode MPN yaitu melalui beberapa tahap uji penduga, penguat, serta pelengkap.Sampel air yang telah di dapatkan dan diuji menunjukkan, bahwa semua sampel air yang di dapatkan merupakan sampel air yang tidak layak minum karena semua jumlah E.coli yang didapatkan berdasarkan hasil uji yaitu sebesar diatas 0/100 ml sedangkan standar air bersih kandungan kolifrom adalah 0/100 ml. Parameter yang sering digunakan untuk mengidentifikasi kualitas air adalah banyak tidaknya mikroorganisme bakteri coliform yang terkandung dalam sampel air.

Kata kunci : Air, Bakteri Coliform, E.coli, MPN (Most Proable Number),  Parameter Kualitas Air.



Bacteria Cell Calculation Method with MPN (Most Proable Number)

Viol Dhea Kharisma

Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 
Universitas Brawijaya


ABSTRACT

Water has an important role to life. Water quality is determined by various factors, among others, the physical factor, chemistry and microbiology. Physical qualities including color, odor, taste and turbidity, while the chemical quality include the levels of dissolved oxygen and various other chemical compounds such as nitrites, nitrates, phosphates. Microbiological quality of water is determined by the total number of bacteria or total plate count (TPC); content of coliform bacteria and Escherichia coli and the amount of pathogenic bacteria such as Salmonella, Shigella, and Vibrio. Based on the explanations that have been described previously, the lab is important so that students are able to determine the microbiological quality of water using the MPN (most probable number). Tests conducted in this lab consists of the test phase estimators, complementary tests, and test the amplifier. Based on lab results that have been conducted to determine the water quality by using microbiological test with MPN method is through some test phase estimators, amplifier, and pelengkap.Sampel water that has been in and get tested showed, that all water samples in get a water sample is not fit for drinking because of all the amount of E. coli obtained by the above test results is equal to 0/100 ml while the clean water standards kolifrom content is 0/100 ml. Parameters are often used to identify whether or not the quality of the water is a lot of microorganisms contained coliform bacteria in water samples.

Keywords: Water, Coliform bacteria, E.coli, MPN (Most Proable Number), Water Quality Parameters.




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
       Air mempunyai peranan penting bagi kehidupan. Kualitas air ditentukan oleh berbagai factor antara lain factor fisik, kimia dan mikrobiologi. Kualitas fisik meliputi warna, bau, rasa dan kekeruhan, sedangkan kualitas kimia meliputi kadar oksigen terlarut dan berbagai senyawa kimia lain seperti nitrit, nitrat, fosfat. Kualitas mikrobiologi air ditentukan oleh jumlah total bakteri atau total plate count (TPC) ; kandungan bakteri coliform dan Escherichia coli serta kandungan bakteri pathogen seperti Salmonella, Shigella, dan Vibrio (Ratna, 2013).
         Air merupakan kebutuhan yang paling dibutuhkan di dalam kehidupan manusia. Air yang ada di alam bukanlah didapat sebagai air murni, melainkan sebagai air yang mengandung bermacam-macam zat, baik yang terlarut ataupun tersuspensi. Jenis dan jumlah zat tersebut tergantung dari kondisi lingkungan sekitar sumbernya. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran (Fardiaz, 2002).
        Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Adam 2001).
     Berdasarkan dari penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya maka praktikum ini penting dilakukan agar mahasiswa mampu  mengetahui kualitas air secara mikrobiologis dengan menggunakan metode MPN (most probable number).

1.2 Rumusan Masalah
       Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah :
Bagaimana mengetahui kualitas air secara mikrobiologis dengan menggunakan metode MPN (most probable number) ?
Bagaimana parameter yang ditunjukkan oleh uji MPN yang menunjukkan baik tidak kualitas air yang di uji dalam praktikum ini ?

1.3 Tujuan
      Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu  mengetahui kualitas air secara mikrobiologis dengan menggunakan metode MPN (most probable number).

1.4 Manfaat
      Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan identifikasi kualitas air pada suatu tempat tergolong buruk atau bagus dan mampu menerapkan metode MPN (most probable number) untuk mengetahui baik atau buruk kualitas ait di suatu daerah, selain itu dapat ditemui manfaat lain yaitu jika di suatu daerah terdapat sumber mata air yang akan dikonsumsi namun masyarakat sekitar tidak mengetahui kualitas air tersebut baik bagi kesehatan apa tidak, oleh karena itu dapat dimanfaatkan metode MPN (most probable number) untuk mengetahui apakah air tersebut layak dikonsumsi atau tidak.



BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri Kolifrom
         Bakteri Coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai indikator penetuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai indikator keberadaan organisme patogen seperti bakteri lain, virus atau protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam sistem pencernaan manusia serta terkandung dalam feses. Organisme indikator digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri patogen, orang tersebut akan mengekskresi organisme indikator jutaan kali lebih banyak dari pada organisme patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk menyimpulkan bila tingkat keberadaan organisme indikator rendah maka organisme patogen akan jauh lebih rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Bakteri Coliform dijadikan sebagai bakteri indikator karena tidak patogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat dikuantifikasikan, tidak berkembang biak saat bakteri patogen tidak berkembang biak, jumlahnya dapat dikorelasikan dengan probabilitas adanya bakteri patogen, serta dapat bertahan lebih lama daripada bakteri patogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan (Colome, 2001).
       Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri Coliform feka  adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan Coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri Coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, Coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan Coliform, artinya, kualitas air semakin baik. (Friedheim, 2001). Eschericia coli, merupakan anggota Coliform yang dapat dibedakan dari bakteri Coliform lain karena kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 44°C (pada JPT hal ini dilakukan pada tahap terakhir atau saat uji kelengkapan). Pengidentifikasian dapat dilihat dari pertumbuhan dan reaksi yang memberikan warna berbeda pada media kultur khusus. Saat dikulutur pada media EMB, hasil positif E. coli adalah koloni berwarna hijau metalik. Tidak seperti golongan Coliform pada umumnya, E. coli merupakan bakteri yang berasal dari feses dan kehadirannya efektif mengkonfirmasi adanya kontaminasi fekal pada badan air. Umumnya, pada feses,  E. coli ada sebanyak 11% dariColiform ().

Gambar 2.1 Bakteri Escherichia coli 

2.3 Air
      Air merupakan bahan esensial bagi hidupnya organisme, oleh karena itu air selalu penuh dengan benda-benda hidup. Manusia dan makhluk-makhluk lain yang tidak hidup di dalam air senantiasa mencari tempat-tempat tinggal dekat air supaya mudah mengambil air untuk keperluan hidupnya, maka desa atau kota zaman dulu tumbuh di sekitar sumber air, di tepi sungai, atau di tepi danau. Sesudah manusia lebih maju, tempat tinggalnya tidak perlu dekat air dengan sumber jauh yang disalurkan dengan pipa dan didistribusikan. Pentingnya air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50%–70% dari seluruh total berat badan. Tulang manusia mengandung air sebanyak 22% berat tulang, dalam darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, 80% dari darah terdiri atas air, dalam tulang mengandung 25%, sedangkan dalam urat syaraf terdapat 75% air, dalam ginjal mengandung 80% air, dalam hati 70% air, dan otot 75% air. Kekurangan air menyebabkan penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Kehilangan air sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Kebutuhan minum orang dewasa adalah minimum 1,5–2 liter air sehari (Prescott, 2003).
    Selain pentingnya air bagi tubuh manusia, air dibutuhkan bagi kehidupan lainnya, baik untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu keperluan untuk kebutuhan domestik rumah tangga maupun kebutuhan dalam pertanian, industri, perikanan, pembangkit listrik tenaga air, dan navigasi, serta rekreasi. Air tawar bersih yang layak minum, demikian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan (Prescott, 2003).
     Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun .Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri Coliform (Escherichia coli), Enterococcus faecalis,dan Clostridium. Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah Escherichia coli (Fardiaz, 2002).

Gambar 2.2 Air (Fardiaz, 2002)

2.4 Metode MPN ( Most Probable Number)
         Jumlah mikroorganisme dapat dihitung melalui beberapa cara, namun secara mendasar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perhitungan langsung dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan pada suatu saat tertentu tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu, sedangkan jumlah organisme yang diketahui dari cara tidak langsung terlebih dahulu harus memberikan perlakuan tertentu sebelum dilakukan perhitungan. Perhitungan secara langsung, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu, perhitungan pada cawan petri (total plate count/TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (Metode MPN) dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas danNitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Suriawiria, 2005).
      Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan Coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah, masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif Coliformdalam sampel (Suriawiria, 2005).
      Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik. Beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif sedang tabung lainnya negatif. Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu. Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan Coliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlahColiform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah Coliform dalam sampel (Adam, 2001).
      Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak (Lim, 2006).
       Untuk metode MPN (most probable number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2 dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Cowan, 2004).

Gambar 2.3 Ilustrasi peluang saat penanaman dan pengenceran pada metode MPN (Cowan, 2004)


BAB III
 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
    Praktikum dengan judul “Identifikasi Bakteri Melalui Uji Biokimia“ yang dilaksanakan pada tanggal 5  Mei 2015 hari Selasa pada pukul 11.35-15.10 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Uji Penduga (presumptive test)
      Pertama, sampel air diambil dengan botol sampel steril secara aseptis sebanyak kurang lebih 500 ml kemudian diinokulasi 10 ml sampel air masing-masing ke dalam 5 tabung medium lactose broth ganda 10 ml (seri i) lalu diinokulasikan satu milliliter sampel ait masing-masing ke dalam lima tabung medium lactose broth tunggal 5 ml (seri ii) lalu diinokulasi 0,1 ml sampel air masing-masing ke dalam lima tabung medium lactose broth tunggal 5 ml (seri iii). Diinkubasi semua medium yang sudah diinokulasi sampel air pada suhu 35-37oC selama 24 jam kemudian dicatat tabung-tabung setiap seri yang menunjukkan terbentuknya asam dan gas (reaksi positif), tabung-tabung biakan air sampel yang menunjukkan reaksi positif (belum terbentuknya gas) diinkubasi lagi pada suhu 35oC selama 24 jam. Bila tabung-tabung biaka tetap negatif, maka hasilnya dianggap negatif, tetapi bila hasilnya positif dilanjutkan ke uji penguat (confirmed test).

3.3 Uji Penguat (confirmed test)
     Pertama, diinokulasikan 0,1 ml biakan dari setiap tabung uji penduga yang positif masing-masing ke dalam 2 medium bglb, lalu diinkubasi satu seri bglb yang telah diinokulasi pada suhu 35oC dan satu seri yang lain pada suhu 44,5oC selama 24-48 jam, kemudian diambil satu ose biakan dari tabung bglb yang menunjukkan reaksi positif, goresan (streak) pada permukaan media endo agar dalam cawan petri, diinkubasikan pada suhu 35-37oC salam 24-48 jam kemudian diamati terbentuknya asam dan gas dalam media bglb dan dicatata tabung-tabung setiap seri yang menunjukkan hasil positif lalu koloni bakteri yang berwarna hijau metalik yang menunjukkan koloni koliform diamati.

3.4 Uji Pelengkap
      Pertama, setiap koloni yang berwarna hijau etalik pada setiap seri diinokulasikan dalam medium lactose broth dan nutrient agar miring kemudian diinkubasibiakkan dalam suhu 35-370Celcius selama 24 jam, diamati adanya asam dan gas dalam medium lactose broth, dan di catat setiap kelompok/seri tabung reaksi yang menunjukkan uji positif, dilakukan pengecekan gram dan pengecekan endospore dari biakan dalam tabung nutrient endoagar, lalu diamati, kemudian diamati bentuk sel secara mikroskopis, bakteri koliform berbentuk batang, gram negative dan tidak membentuk endosporea, kemudian dicocokkan jumlah tabung yang positif dengan daftar indeks MPN dan dibandingkan jumlah coliform yang tumbuh dengan standar kualitas bahan pangan menurut bp pom dan untuk kualitas air dibandingkan dengan standar baku mutu air.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Hasil
4.1.1 Data Hasil Percobaan
untuk laporan versi full dapat mendownload disini

4.2 Interpretasi Data
        Berdasarkan dari hasil uji yang telah dilakukan pada kelompok 6A maka di dapatkan maka bakteri yang tumbuh pada perlakuan Glucose Broth: > 1600 sel/100 ml, BGLB non fecal (37°C): > 1600 sel/100 ml, BGLB fecal (44°C): > 1600 sel/100 ml, EMB non fecal (37°C): + 6.1 sel/100 ml, EMB fecal (44°C): + 9.2 sel/100 ml yang menggunakan sampel air sumur, pada uji yang dilakukan oleh kelompok 1 yaitu pada sampel air minum isi ulang maka di dapatkan bakteri yang tumbuh pada perlakuan Glucose Broth: >1600 sel/100 ml, BGLB non fecal (37°C):>1600 sel/100 ml, BGLB fecal (44°C):>1600 sel/100 ml, EMB non fecal (37°C):>4 sel/100 ml EMB fecal (44°C): >17 sel/100 ml, pada uji yang dilakukan oleh kelompok 3 yaitu pada sampel air kamar mandi biologi maka didapatkan bakteri yang tumbuh pada perlakuan Glucose Broth: 1600 sel/100 ml ,BGLB non fecal (37°C): 920 sel/100 ml, BGLB fecal (44°C): 920 sel/100 ml, EMB non fecal (37°C): 24 sel/100 ml, EMB fecal (44°C): 34 sel/100 ml, pada uji yang dilakukan oleh kelompok 4 dengan sampel air sumur maka didapatkan bakteri yang tumbuh pada perlakuaan Glucose Broth :>1600 sel/100 ml, BGLB non fecal (37°C): >1600 sel/100 ml, BGLB fecal (44°C): >1600 sel/100 ml, EMB non fecal (37°C): ± 9.2 sel/100 ml, EMB fecal (44°C): ± 20 sel/100 ml, pada uji yang dilakukan oleh kelompok 7 dengan sampel air sungai maka didapatkan bakteri yang tumbuh pada perlakuan, Glucose Broth: >1600 sel/100 ml, BGLB non fecal (37°C): >1600 sel/100 ml, BGLB fecal (44°C): >1600 sel/100 ml, EMB non fecal (37°C): >4 sel/100 ml, EMB fecal (44°C):>17 sel/100 ml, jumlah bakteri E.coli yang di dapatkan dari kelompok 4 dan 3 yang dilakukan pengambilan sampel pada air keran di biologi yaitu adalah sebanyak 920 dan 81 jumlah tersebut lebih sedikit dibanding jumlah bakteri yang didapat dari sampel air pada kelompok lain. Namun berdasarkan kriteria uji kualitas air yang layak diminum maka sampel air yang telah di uji tidak layak untuk diminum karena standar dari air minum yang layak adalah 0/100 ml.

4.2 Pengertian Bakteri Fekal, Non Vekal, Koliform, dan Standarisasi Air Minum Bersih
      E coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusias edangkan E.aerogenes Biasanya di temukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati. Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh biasanya di gunkan metode MPN (most probable number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik bila di bandingkan dengna metode hitungan cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam contoh. Metode lainya yang dapat di gunakan untuk mendeteksi dan menghitung koliform adalah metode milipore membrane-filter (MF) yang dapat mendeteksi dan menghitung koliform. Dalam jumlah kecil di dalam contoh. Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu  uji penduga, uji penguat, uji pelengkap. Uji penduga juga merupakan uji kualitatif koliform menggunakan metode MPN. Uji kualitatif koliform tidak harus selalu di lakukan secara lengkap, tergantung dari berbagai factor misalnya waktu, mutu contoh yang di uji, biaya, tujuan analisis, dan factor-faktor lainya (Cappuccino, 2000).
       Koliform merupakan suatu grup bakateri yang di gunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau minuman menunjukan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.Uji Penduga Koliform. Untuk analisis air, dalam uji penduga di gunakan lactose broth, sedangkan untuk contoh lainya yang banyak mengandung bakteri asam laktat, misalnya susu, di gunakan brilliant green lactose bile broth (BGLBB). Bakteri asam laktat dapat memfermentasi laktosa dan membentuk gas, hingga dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah. BGLBB merupakan medium selektif yang mengandung asam bile sehingga dapat menghambat bakteri gram positif termasuk koliform. Inkubasi di lakukan pada suhu 35oC selama 24-48 jam dan tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.tabuung yang tidak menunjukan terbentuknya gas di perpanjang lagi inkubasinya hingga 48 jam. Jika tetap tidak terbentuk gas, di hitung sebagai tabuung negatif. Jumlah tabuung yang positif di hitung pad masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 7 tabung (Adam, 2001).
        Uji Penguat. Terbentuknya gas dalam lactose broth atau dalam BGLBB tidak selalu menunjukan bakteri coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas, misalnya bakteri asam laktat dan beberapa kahmir tertentu. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada agar EMB.Dengan Menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada agar cawan EMB dengan cara goresan kuadran. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam. Jumlah cawan EMB pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya pertumbhan koliform, baik fekal maupun non fekal, dihitung, dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN 7 (Burrows, 2004).
     Uji pelengkap. Dari pertumbuhan koloni pada agar cawan EMB, di pilih masing-masing satu koloni yang mewakili koliform fekal dan satu koloni yang mewakili koliform non fekal. Uji lengkap di lakukan untuk melihat apakah isolat yang di ambil benar merupakan bakteri koliform. Dari masing-masing koloni tersebut di buat perwarnaan gram, dan sisanya masing-masing di larutkan ke dalam 3 ml larutan pngencer steril. Dari suspensi bakteri tersebut masing di inokulasikan menggunakan jarum ose ke dalam tabung berisi lakose broth dan tabung Durham, dan di goreskan pada agar miring nutrien agar. Tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam, dan di amati pertumbuhan dan pembentukan gas di dalam lactose broth. Koloni yang menunjukan reaksi pewarnaan gram negatif berbentuk batang, dan membentuk gas di dalam lactose broth mereupakan uji lengkap adanya koloni koliform
      Bakteri E.Coli atau Coliform Fekal hanya ditemukan dalam saluran usus hewan atau manusia. Istilah “fekal” diambil dari suatu materi yang berada bersama feses atau kotoran manusia (Buchanan, 2003). Di Indonesia kualitas air minum harus memenuhi persyaratan yang tertuang didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 173/Menkes/Per/VIII/77 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 90 /Menkes/Sk/Vii/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Dalam Permenkes tersebut dikatakan, untuk penilaian kualitas air dari segi biologis parameter yang digunakan adalah bakteri koliform, kolfirm tinja dan jumlah kuman. Batas standar kualitas air untuk air minum dalam PERMENKES tersebut adalah JPT bakteri koliform tinja 0 per 100 ml JPT bakteri golongan koliform 0 per 100 m (Adam, 2001).


BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
    Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan untuk mengetahui kualitas air dengan menggunakan uji mikrobiologi dengan metode MPN yaitu melalui beberapa tahap uji penduga, penguat, serta pelengkap.Sampel air yang telah di dapatkan dan diuji menunjukkan, bahwa semua sampel air yang di dapatkan merupakan sampel air yang tidak layak minum karena semua jumlah E.coli yang didapatkan berdasarkan hasil uji yaitu sebesar diatas 0/100 ml sedangkan standar air bersih kandungan kolifrom adalah 0/100 ml. Parameter yang sering digunakan untuk mengidentifikasi kualitas air adalah banyak tidaknya mikroorganisme bakteri coliform yang terkandung dalam sampel air.

5.2 Saran
     Perlu dilakukan pengamatan ulang kembali penjelasan mengenai baik buruknya kualitas air di suatu daerah serta faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Adam,MR.2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science Publisher,Ltd.
      New York.

Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003.  Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology.
      The William & Wilkins Company Baltimore.USA.

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B.
      Saunders Company. Philadelphia.

Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/
      Cummings Publishing Company,Inc. California.

Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing  Company.
      New York.

Cowan,ST. 2004.  Manual for the Identification of Medical Fungi. Cambridge University
      Press. London.

Fardiaz,Srikandi.2002. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Lim,D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill. New York.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.

Ratna, Siri .2012. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium.
       PT Gramedia,Jakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.


Terimakasih ya kawan sudah berkunjung dan membaca postingan di blog saya tolong kritik dan sarannya ya serta jika ingin mendownload laporan full version dapat  klik disni terimakasih kawan ku :)



























































No comments:

Post a Comment